Mohon tunggu...
Rifqi Daffa
Rifqi Daffa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial untuk Ladang Rupiah

27 April 2021   10:00 Diperbarui: 27 April 2021   10:27 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial merupakan platform berupa pemberian akses untuk megumpulkan informasi, melakukan komunikasi, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi atau sebagai wilayah untuk menampakkan jati diri antar individu dengan yang lain. Pada zaman odern seperti sekarang ini hampir sebagian besar penduduk terutama dikota-kota besar sudah tidak asing dengan keberadaan media sosial. Media sosial muncul pada tahun 1979 diiringi dengan kelahiran internet yang saat itu banyak orang belum mengetahuinya. Namun karena masih merasa asing kebanyakan orang acuh tak acuh dengan keberadaan media tersebut. Seiring berjalannya waktu lahirlah situs berawalan kata "www." Dimana menjadi batu loncatan awal mula kejayaan media sosial. Beberapa waktu kemudian lahirlah facebook, situs jejaring online atau dalam jaringan internet untuk melakukan komunikasi sesama pengguna.

Kemunculan facebook berdampak besar bagi kehidupan masyarakat penggunna situs media sosial, seperti saya yang saat ini sebagai seorang mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan jurusan Ilmu Komunikasi. Awal mula pengalaman saya terjun dalam media sosial diawali melalui facebook. Pada tahun 2007 atau lebih tepatnya saat saya menginjak usia enam tahun dan masih awal menjadi siswa kelas satu sekolah dasar. Pada masa tersebut untuk bergabung dalam media sosial facebook hanya cukup memasukkan nama, tanggal lahir, foto profil, dan nomor telepon. Tentu masih terlalu dini apabila seorang anak berusia enam tahun sudah berkecimpung dalam media sosial. Latar belakang pembuatan akun facebook saya saat itu adalah ajakan teman warnet untuk mencoba-coba hal baru.

Hal pertama setelah pembuatan akun facebook berhasil saya melakukan pencarian nama permainan online dalam media sosial facebook yakni dragon city dan carwash. Satu tahun hingga empat tahun menggunakan facebook saya masih setia memainkan permainan tersebut, hingga menginjak usia sepuluh tahun saya mulai jenuh dengan permainan tersebut. Muncul dipikiran bahwa jika facebook digunakan oeh banyak orang maka besar kemungkinan untuk menjalin pertemanan baru satu sama lain.  Satu per satu teman sekolah saya ajak untuk menggunakan facebook dan berteman secara online dengan akun facebook saya. Hal tersebut berlangsung dengan lancar tentu juga memakan waktu lama hingga total pertemanan online di jejaring sosial facbook akun saya berjumlah kurang lebih 1500 akun. Menginjak usia belasan tahun tepatnya usia empat belas tahun saya mulai menggunakan facebook untuk mencoba menjadi ladang rupiah. Beberapa hal yang saya lakukan seperti menjual akun permainan online, menjadi joki akun permainan online, menjual barang elektronik seperti handphone, harddisk dan sebagainya. Beranjak satu tahun berikutnya saya mulai mencoba menjual beberapa video games, film dan beberapa code untuk games. Hal tersebut merupakan kesempatan emas untuk dilakukan karena masih minim sosok yang melakukan seperti apa yang saya lakukan. Namun segala sesuatu pasti mengalami pasang dan surut. Begitu juga dengan apa yang terjadi ppada ladang rupiah saya di facebook. Mendekati kesurutan saya mencoba inovasi dengan berkenalan pada media sosial baru dan sedang trending saat itu yakni Instagram.

Kemunnculan Instagram seakan menyabotase seluruh pengguna facebook agar berpindah haluan mengikuti apa yang sedang trending. Desain tampilan yang menarik, fitur yang memukau menjadi daya tarik pengguna kepada Instagram. Sangat kesulitan bagi saya untuk mencoba memahami Instagram dengan cermat. Butuh kurang lebih tiga bulan untuk memahami keseluruhan fitur pada Instagram. Ternyata apa yang saya bayangkan jauh diluar dugaan. Penjualan pada media Instagram membutuhkan kepercayaan yang tinggi tidak seperti pada jejaring sosial facebook, apabila ingin melakukan promosi lebih baik di konsep dengan cermat agar feed terlihat tertata. Hal itu tentu menyulitkan saya untuk mengawali proses penjualan pada Instagram. Ditengah keputus asaan tersebut saya menemukan keunikan pada media sosial Instagram berdasarkan apa yang terjadi pada teman-teman sekolah saya. Saat saya melihat satu akun milik teman sekolah saya dia memiliki jumlah pengikut ribuan, jumlah postingan relatif sedikit, jumlah penyuka pada postingan ribuan, dan jumlah komentar pada postingan sekitar ratusan. Hal ini membuat saya heran karena pengguna instgram lebih mementingkan jumlah followers, like dan comment dariada keaslian database tersebut. Tidak perlu berpikir lama saya melakukan riset mengenai jasa peningkat followers, like dan comment pada media sosial Instagram. Akhirnya saya menemukan bahwa saat itu sudah ada akun yang menjual jasa tersebut dengan tarif relatif murah namun dengan hasil yang memuaskan dan terjamin keamanannya. Hal ini merupakan hal baru bagi saya yang belum pernah saya temukan di media sosial facebook. Setelah beberapa hari mencoba dan mempelajari jasa tersebut akhirnya saya memberanikan diri untuk menawarkan jasa tersebut pada teman sekelas saya. Tentu mereka menertawakan dan tidak mempercayai tindakan yang saya lakukan. Sebagai pembuktian, saya memilih secara acak akun media sosial Instagram milik teman saya kemudian saya ubah database followers dan jumlah like pada akun tersebut menjadi ribuan. Hal tersebut membuat teman-teman sekelas saya terkejut dan mulai percaya dengan jasa yang saya berikan. Hari demi hari pemesanan jasa peningkat followers, like dan comment pada media sosial Instagram terus meningkat. Hal tersebt berjalan lancar hingga kemudian terdapat suatu halangan berat yakni ketika Instagram mulai memperketat aturan bahwa database yang berubah secara tiba-tiba dicurigai melakukan kecurangan. Ternyata benar, kurang lebih tiga akun media sosial Instagram yang saya kendalikan untuk penjualan jasa tersebut diblokir permanen. Tentu dampak dari hal tersebut menyebakan penjualan menurun drastis hingga tidak ada satupun yang berkunjung. Pengalaman tersebut membuktikan bahwa mau bagaimana proses berniaga dalam media sosial, keaslian data adalah yang utama.

Saat ini saya bekerja sampingan sebagai tim content creator pada tiga brand lokal di daerah tempat tinggal saya. Pengalaman menggeluti dunia media sosial facebook dan media sosial Instagram menjadi bekal saya dalam menjalani kegiatan teresbut.

Potensi media sosial pada saat ini sangat beragam salah satu diantaranya seperti digunakan untuk ber-marketing dengan luas asalkan tetap memperhatikan aturan-aturan yang berlaku da tidak melanggar ketentan pada media sosial tersebut. Seperti tidak meperdagangkan narkoba, tidak memperlihatkan kekerasan, tidak melakukan pelecehan dan sebagainya. Kekurangan media sosial saat ini menurut saya adalah kurangnya keamanan yang terbentuk pada media sosial tersebut. Bahkan saat ini pun sebagai contoh facebook masih mudah diretas dan dibobol seperti pada zaman pertengahan facebook setelah muncul. Selain itu kemudahan untuk berkomentar juga menjadi tanda bahaya bagi media sosial saat ini. Semua pengguna bebas berkomentar tanpa menggunakan etika tentu saja hal tersebut dapat menimbulkan masalah besar bahkan hingga mengakibatkan perpecahan. Selain itu di Indonesia juga darurat membaca, seperti data dari Lembaga riset digital marketing Emarketer pengguna smartphone sekitar 100 juta jiwa, dengan ocehan pada media sosial kurang lebih 10juta per hari. Sangat mudah bagi hoax dan isu SARA untuk masuk kedalam ranah tersebut kemudian mempengaruhi pengguna media sosial. Setelah terpengaruh ia akan menyebarkan namun ketika terbukti bersalah maka akan melakukan klarifikasi dan memohon maaf. Hal tersebut berulang kali terjadi dari tahun ke tahun dan tidak pernah berubah.

Alangkah lebih baiknya apabila sesama pengguna media sosial saling mengingatkan apabila didapati ada yang melakukan kesalahan, sebelum berakibat fatal dan tidak terkendalikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun