Mohon tunggu...
Ikky Chain
Ikky Chain Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa aktif yang hari-harinya mengahabisi waktu bermainnya dengan membaca menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Moderasi Beragama, Merawat Kebhinekaan dan Persatuan

25 April 2021   10:31 Diperbarui: 25 April 2021   11:28 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ka Kanwil Kemenag Sulbar saat menyampaikan materi/Dokpri

NASIONAL - Dalam upaya merawat kebhinekaan di Sulawesi Barat (Sulbar), ESENSI menggelar dialog secara online atau Dalam Jaringan (Daring), Sabtu (24/4/2021) Aplikasi Zoom Meeting Cloud.


Dipandu oleh Direktur ESENSI Sulbar Nur Salim Ismail, M.Si, dialog itu juga menarik karena menghadirkan  Narasumber, diantaranya : Ka Kanwil Kemenag Sulbar (Dr. H. Muflih B. Fattah),  Ketua PWNU Sulbar (Dr. KH. Adnan Nota), dan Akademisi STAIN Majene (Dr. Muhammad Nasir).

Di materi pertama, ESENSI terlebih dahulu memperkenankan Muhammad Nasir memaparkan materi. Dalam pemaparannya, Akademisi STAIN Majene itu menjelaskan mengenai tantangan moderasi beragama di tengah persaingan ideologi.

"Tantangan moderasi beragama yaitu menguatnya radikalisme agama secara tekstual, simbolik, klaim kebenaran tunggal, penolakan atas perbedaan serta identitas apalagi Indonesia saat ini  adalah Negara dengan beragam agama, kepercayaan, juga madhzam serta aliran," papar Nasir sapaan Muhammad Nasir.

Sementara itu, Ka Kanwil Kemenag Sulbar Dr. H. Muflih B. Fattah menjelaskan terkait Moderasi Beragama dapat dipahami sebagai sikap dengan perilaku selalu mengambil posisi ditengah-tengah (Wasathiyah), selalu bertindak adil, dan tidak Ekstream dalam praktek Agama.

"Keragaman dalam sudut pandang agama merupakan anugerah dan kehendak tuhan, jika tuhan menghendaki, tentu kita tidak sulit menjadi seragam dan satu jenis saja. Tetapi tuhan menghendaki agar ummat manusia yang beragama, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa yang memiliki tujuan dalam menghadirkan kehidupan menjadi dinamis, saling belajar bersama dan saling mengenal satu sama lain," antar Ka Kanwil.

Ia juga menjelaskan mengenai kondisi beragama ditengah masyarakat saat ini. Kata dia, Ekstream dalam memahami salah satu tafsir ayat suci, tafsiran saying lain berbeda, dianggap keliru, sesat dan kafir, kebablasan dalam menafsirkan isi kitab suci, tidak bisa membedakan antara ayat tuhan dan ayat bukan tuhan serta mempermainkan pesan-pesan tuhan menjadi pesan pribadi yang sarat kepentingan.

Oleh sebabnya, selain berterimaksi kepada ESENSI Sulbar, Ka Kanwil juga berharap kepada generasi milenial untuk terlibat langsung dalam merumuskan dan memproduksi bentuk-bentuk kreasi materi agama,

"Kaum muda milenial harus diajak memahami khazanah keagamaan yang kaya dan beragam, dan memberikan ruang  agar dapat berkreasi  mendiskusikan merumuskan dan memproduksi pesan-pesan damai dalam materi keagamaan," tutup Ka Kanwil.

Terakhir, Ketua PWNU Sulbar KH. Adnan Nota juga mengungkapkan berdasarkan fenomena yang dilihatnya selama ini. Menurut dia, gempa bumi yang baru saja mengguncang Sulawesi Barat telah mengundang beberapa ideologi ekstrim untuk masuk dalam kehidupan masyarakat Sulbar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun