Mohon tunggu...
Faizah Riffat Ma'rifah
Faizah Riffat Ma'rifah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pembicara, penulis, pengamat, pemikir, pelajar, pemilik riffat-akhsan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyambutan Presiden Baru, Cermin Ironisme Krisisnya Pemakluman

22 Oktober 2014   18:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:07 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia sudah memasuki fase baru dalam dunia politiknya, dengan terpilihnya presiden ke-7 yang baru saja dilantik beberapa hari yang lalu.

fase fase perjalanan demokrasi kita juga menciptakan gejolak gejolak sosial masyarakat, mulai dari pencalonan, penetapan dari Komisi Pemilihan Umum, masa kampanye capres cawapres, hingga penetapan presiden dan wakil presiden terpilih oleh KPU dan berujung pada sidang di Mahkamah Konstitusi. kita semua, rakyat Indonesia meyaksikan semua fase tersebut.

fase cerita indah demokrasi Indonesia 2014 ini berakhir dengan selebrasi pesta rakyat tepat setelah pelantikan presiden terpilih.

disini terkuak ironi miris tentang krisisnya pemakluman.

euphoria dimulainya pemerintahan baru yang ditandai dengan pelantikan presiden terpilih (masih saja) menimbulkan caci maki tentang presiden terdahulu dan seolah olah "menabikan" presiden baru.

ini tidak salah, tentang harapan baru akan perubahan Indonesia yang lebih baik, tapi pantaskah kita, bangsa yang besar dan beradab mencaci maki seorang kepala negara ?

setiap kepala negara pasti telah berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik untuk rakyatnya, yang pada akhir jabatan tetap kita temui kenyataan bahwa apa yang dicapai masih jauh dari harapan.

disini kita harus menyadari tentang arti penting pemakluman, juga penghargaan.

dengan pemerintahan baru, kita diajak untuk menghargai apa apa yang sudah dilakukan pemerintahan sebelumnya yang sedikit banyak mempermudah pekerjaan pemerintahan baru, meskipun secara bersamaan pemerintahan lama juga meninggalkan hutang dan ketidakpastian hukum.

terlepas dari itu semua, cobalah kita berempati pada pribadi sang kepala negara, beri penghargaan atas usahanya membangun infrastruktur untuk kesejahteraan rakyat.

beri pemakluman bahwa sang kepala negara juga manusia biasa yang memiliki keterbatasan mengeksekusi harapan harapan yang tersampir di pundaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun