Mohon tunggu...
Inovasi

Hakikat dan Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya

9 Februari 2016   22:04 Diperbarui: 9 Februari 2016   22:13 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

1. Hakikat Proses Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi tidak bisa dipandang sekedar sebagai sebuah kegiatan yang menghubungkan manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus dipandang sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan yang terus menerus diperbaharui. Jadi komunikasi itu selalu terjadi antara sekurang-kurangnya dua orang peserta komunikasi atau mungkin lebih banyak dari itu (kelompok, organisasi, publik dan massa) yang melibatkan pertukaran tanda-tanda melalui; suara, seperti telepon atau radio; kata-kata, seperti pada halaman buku dan koran yang tercetak; atau suara dan kata-kata, yaitu melalui televisi.

Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis. Komunikasi antarbudaya yang interkatif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik (two way communication) namun masih berada pada tahap rendah (Wahlstrom, 1992). Komunikasi transaksional meliputi 3 unsur penting yakni; (1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan; (2) peristiwa komunikasi meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini dan yang akan datang; dan (3) partisipan dalam komunikasi antarbudaya menjalankan peran tertentu.

2. Unsur-unsur Proses Komunikasi Antarbudaya Komunikator

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang meprakarsai komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu kepada pihak lain yang disebut komunikan. Bebrapa studi tentang karakteristik komunikator yang pernah dilakukan oleh Howard Giles dan Arlene Franklyn-Stokes menunjukkan bahwa karakteristik itu ditentukan antara lain oleh latar belakang etnis dan ras, faktor demografis seperti umur dan jenis kelamin, hingga ke latar belakang sistem politik.

William Gudykunst dan Young Yun Kim (1995) mengatakan bahwa secara makro perbedaan karakteristik antarbudaya itu ditentukan oleh faktor nilai dan norma hinggan ke arah mikro yang mudah dilihat dalam wujud kepercayaan, minat dan kebiasaan. Selain itu faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa sebagai pendukung komunikasi misalnya kemampuan berbicara dan menulis secara baik dan benar (memilih kata, membuat kalimat), kemampuan menyatakan simbol non verbal (bahasa isyarat tubuh), bentuk-bentuk dialek dan aksen, dll. (Asante dan Gudykunst, 1989).

Berdarkan pendapat tesebut maka komunikasi antarpribadi di antara dua orang yang berbeda jenis kelamin (gender), berbeda status dan kelas sosial, misalnya antara atasan dengan bawahan, antar dosen dengan mahasiswa, antar pedagang dengan pembeli, antara orang makassar dengan bugis, antar orang Indonesia dengan Australia dapat digolongkan sebagai komunikasi antarbudaya.

Komunikan

 Komunikan dalam komunikasi antar budaya adalah pihak yang menerima pesan tertentu, dia menjadi tujuan atau sasaran komunikasi dari pihak lain (komunikator).

Pesan/Simbol

Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang dikirim oleh komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam kata-kata verbal yang diucapkan atau ditulis, atau simbol non verbal yang diperagakan melalui gerak-gerik tubuh/ anggota tubuh, warna, gambar, pakaian dan lain-lain yang semuanya harus dipahami secara konotatif.

Media

Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim melalui media tertulis misalnya surat, telegram. Juga media massa (cetak) seperti majalah, surat kabar, media massa elektronik (radio, televisi, video, film, dan lain-lain).

Efek atau Umpan Balik

Manusia mengkomunikasikan pesan karena dia mengharapkan agar tujuan dan fungsi komunikasi itu tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi, termasuk komunikasi antarbudaya, antara lain memberikan informasi, menjelaskan atau menguraikan tentang sesuatu, memberikan hiburan, memaksakan pendapat atau mengubah sikap komunikan.

Suasana (Setting dan Context)

Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang kadang-kadang disebut setting of communication, yakni tempat (ruang, space) dan waktu (time) serta suasana (sosial, psikologis) dengan komunikasi antarbudaya berlangsung.

Gangguan (Noise atau Interference)

Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau paling fatal adalah mengurangi makna pesan antar budaya.

De Vito (1997) menggolongkan tiga macam gangguan, (1) fisk - berupa interfrensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain, misalnya desingan mobil yang lewat, degungan komputer, kacamata; (2) psikologis – interfensi kognitif atau mental, misalnya prasangka dan bias pada sumber-penerima-pikiran yang sempit; dan (3) semantik – berupa pembicara dan pendengar memberi arti yang berlainan, misalnya orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami oleh pendengar. 

Sumber: Buku Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya

Penulis: Dr. Alo Liliweri, M. S.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun