Mohon tunggu...
Ma'rifatullah My.com My
Ma'rifatullah My.com My Mohon Tunggu... -

terus betrgerak walaupun dalam air keruh...!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Candu Ujian

26 Januari 2014   06:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Description: C:UserstoshibaDocumentsrifat nitippavlov_eksperimen_anjing.gif

Hari kamis tepatnya tanggal 23-01-2014 resmi menjadi hari terkahir ujian semester 1 di s internasional university of farica( IUA). Detik – detik berakhirnya ujian mungkin sangat menegangkan (bila tidak mau dikatakan menyenangkan), jamak di raskan oleh mahasiswa bahwa berakhirnya ujian maka berakhirlah rasa semangat belajarnya, ini terihat dari fenomena yang terjadi setelah ujian berkahir. Terlihat di beberapa sudut yang menjadi tempat favorit tongkrongan seluruh mahasiswa untuk belajat seperti masjid menjadi sepi. Ini terjadi secara lansung ketika ujian berakhir.

Di sela-sela acara tary out dan motivasi yang di adakan oleh pip pks sudan yang di tujuankan untuk persiapan ujian ada sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh salah satu peserta kepada pembicara, pertanyaannya adalah, “bagaimana caranya mempertahankan semanagta belajar ketika agar tetap berlansung ketika selesainya ujian tsb??

pertanyaan tersebut sebenarnya bukan hanya pertanyaan biasa, tapi ini adalah pertanyaan yang di dapatkan oleh para peserta setelah selama ini mengikuti ujian yang selama ini di praktekkan di sekolah. System ujian adalah salah satu penialain terbesar yang di ambil untuk mengetahui hasil belajar yang selama ini berjalan di sekolah atau kampus. Ya, ujian adalah salah satu penilaian selain absensi di kelas dan tugas yang di berikan oleh dosen.

Maka karena ujian ini menjadi panilaian yang paling dominan maka secara otomatis para mahasiswa akan totalitas belajar untuk mencapai hasil terbaik, nah di sinilah yan menjadi kendala, ketika ujian menjadi patokan untuk mulai memacu pedal gas untuk melaju lebih cepat maka kita akan melihat perbedaan yang sangat jauh ketika selesi ujian alias tidak belajar segiat ketika ujian.

Classical Conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik)

Dalam buku muqarrar mahasiwa IUA jurusaan syariah islamiah tepatnya pada mata pelajaran tarbiyah ‘ulumul nafs semester 1 ada sebuah teori yang di kemukakan oleh pakar psikologi asal rusia yang bernama Ivan pavlov, teori tersebut adalah Classical Conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) berikut adalah Teori Belajar dan Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov :

Teori Belajar dan Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov

Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.

Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.

Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinctionatau penghapusan.

Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:

1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan

2.Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.

3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur

4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.

Motivasi belajar yang hilang di telisik dari teori belajar ivan Pavlov

Untuk memunculkan motivasi belajar(UCR) yangtinggi kita harus menghadapi ujian(UCS), ujian(UCS) adalah sebiuah stimulus atau pengbangkit energy motivasi yang tinggi(UCR). Maka setiap muncul ujian (UCS )kita akan merespon dengan semangat belajar yang menggebu-gebu(UCR). Maka hasil dari proses tersebut adalah nilai ujian yang tinggi (CS).

Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang,selanjutnya cukup dengan mengdakan semacam kompetisis atau ujian tanpa memberikan nilai atau berupa reward , maka secara otonomatis semangat belajar akan muncul(CR), hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.

Namun, Ketergantungan terhadap ujian atau kompetisi akan berefek buruk pada mahahsiswa. Karena ujian sangat terbatas waktunya padahal belajar itu tak pernah mengenal waktu dan tempat. Sebagaimana pedomana dalam menuntut ilmu dalam tradisis islam berdasarkan hadist “tuntutlah ilmu dari ketika lahir hingga keliang lahat(meninggal). Sudah seharusnya pelajar muslim meneladani apa yang telah di contihkan rasul, para sahabat, tabiian dan ulama-ulama atau ilmuwan islam yang mana mereka tak pernah menungu motivasi dari luar melainkan selalau berusaha menuntut ilmu kapan dan di manapun berada sehingga bisa mewariska karya yang terbaik kepada ummat sebelum menjemput ajal.

Sebenarnya, Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Adapun Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secarab otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil. Wallahu’Alam bisshawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun