Mohon tunggu...
Nur Rifa
Nur Rifa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Realita Politik Kampus

2 Maret 2018   18:22 Diperbarui: 2 Maret 2018   21:01 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kampus menjadi tonggak awal pembelajaran mahasiswa dalam berpolitik, tidak jauh dengan politik negara, politik kampus juga harus dilaksanakan dengan bersih, jujur, adil dimana mahsiswa mampu belajar dan mengaktualisasikan dirinya dalam dunia perpolitikan kampus,mampu belajar berpolitik dengan baik, namun pada kenyataannya politik kampus mulai mengalami kemunduran, sebab kebanyakan jabatan-jabatan yang berada pada pemerintahan mahasiswa dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu yang mendominasi, selain itu mahasiswa jarang memperhatikan proses pemilihan.

Hari ini, sudah tidak menjadi rahasia umum lagi jika terdapat sebuah kelompok yang mendominasi dalam jalannya pemerintahan atau kegiatan-kegitan politik dikalangan mahasiswa. Mereka biasanya menjadi mahasiswa elit, dengan mengisi posisi-posisi yang setrategis ditingkat kepengurusan pemerintahan mahasiswa.

Kelompok yang mendominasi sudah pasti memiliki ideologi tertentu, yang pada akhirnya ideologi tersebut menjamur dan menyebar, karena keberhasilan kelompok ini menjaga nilai-nilai ideologinya secara turun temurun. Hal ini dapat menjadikan orang-orang didalamnya menjadi diam dan taat karena mereka seolah-olah sudah terbiasa dan menganggap ideologi tersebut menjadi hal yang wajar.

Pengaruh hegemoni yang terjadi sangat kuat, jika ada seseorang memutuskan untuk menjadi bagian dari kelompok yang mendominasi. Maka orang tersebut berkewajiban untuk mematuhi segala keputusan kelompok, sebaliknya jika ada anggota dari kelompok yang mendominasi tersebut tidak mematuhi keputusan kelompok, maka akan dikenakan sanksi, mulai dari sanksi sosial yang berupa cibiran dari teman-teman satu kelompok, sampai sanksi berat, yaitu tidak dianggap atau dikeluarkan dari kelompok.

Adanya kelompok yang mendominasi pada sistem kepengurusan mahasiswa, membuat demokrasi tidak berjalan dengan baik, adanya kelompok yang mendominasi biasanya menjadi salah satu jembatan untuk memegang kekuasaan. Artinya mahasiswa yang berada di luar kelompok yang mendominasi sulit untuk mendapat jabatan kepengurusan, meskipun mahasiswa tersebut lebih memiliki kompetensi yang lebih baik. Hal ini menyebabkan mahasiswa lain di luar kelompok yang mendominasi kesulitan untuk masuk ke dalam sistem kepengurusan dan kesulitan untuk mengaktualisasikan dirinya.

Politik kampus yang kebanyakan dilakukan seenaknya dan cenderung tidak mengutamakan demokrasi, menyebabkan degradasi partispasi politik oleh warga kampus. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh para pejabat tingkat mahasiswa dianggap tidak memiliki dampak terhadap warga kampus, dan pada akhirnya mahsiswa yang dipimpin mengalami kejenuhan, acuh dan memilih untuk menjadi golput dalam pemilihan mahasiswa ditingkat kampus.

Adanya kelompok yang mendominasi dikampus, menyebabkan hilangnya daya kritis dan kreativitas mahasiswa, salah satunya dikarenakan para mahasiswa yang berada didalam kelompok yang mendominasi diwajibkan untuk mengikuti perintah dan arahan dari kelompoknya. Mereka tidak lagi kritis untuk bisa memilih mana yang sebenarnya baik dan mana yang seharusnya tidak baik. Bagi mereka, semua yang diarahkan oleh kelompoknya adalah kebenaran.

Jika kita lihat hari ini, jarang sekali mahasiswa yang terjuan ke masyarakat atau paling tidak terjun ke sesama mahasiswa-mahasiswi untuk mendengarkan aspirasi dari khalayak umum, yang sesuai dengan yang sedang terjadi di lapangan. Sehingga kerap terjadi konflik antara sesama mahasiswa atau kelompok-kelompok lain.

Jika hal ini terus menerus diabaikan. Indonesia akan miskin kaderisasi pemuda-pemudi yang kritis dan tulus membangun indonesia kedepannya. Politik hanya akan menjadi ajang kontestasi kekuasaan bukan lagi sebagai pengabdian.

Refleksi ini saya buat karena saya melihat ketidak adilan yang terjadi di kampus, dimana jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan mahasiswa cenderumg diisi oleh golongan-golongan tertentu. Banyak sekali mahasiswa yang tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengisi jabatan yang setara dengan mereka, pemilihan jabatan yang cenderung dilakukan dengan sitem tunjuk dada, tanpa memperhatikan mahasiswa lain disekitar mereka, imlikasinya terjadi kecemburuan sosial di dalam lingkungan kampus.

Sudah saatnya kampus ini menjalankan perpolitikan dengan cara yang baik dan benar, berdemokrasi dengan selayaknya, membentuk pemerintahan mahasiswa yang heterogen, yang menerima anggota pemerintahan dari kalangan manapun, tanpa melihat perbedaan bendera organisasi manapun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun