Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musim Dingin di Alice Spring

21 Oktober 2019   15:11 Diperbarui: 21 Oktober 2019   15:14 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Dia melihat lelaki Arrernte itu menggeliat. Sigap Robert menuju laci meja. Mengambil sebuah pisau bekas dia mengupas apel. Sekali saja lelaki itu berniat macam-macam, pisau dingin itulah yang menjadi balasannya.

"A-aku di mana?"

"Di rumahku. Kau tadi pingsan di ambang pintu." Robert tetap siaga.

"Perkenalkan, namaku Arvin, Neck Arvin. Senang akhirnya bisa bertemu dengan anda." Dia bangkit. Robert sangat waspada. Begitu tangan raksasa lelaki itu menerkam tangannya, sang dosen ini sudah pasrah. Pisau kembali terjatuh ke dalam laci meja.

Hanya saja ketakutan Robert mencair, manakala melihat senyum Arvin yang cerah. Awalnya mereka berbincang agak kaku. Lambat laun menjadi rileks. Tambah lama mereka mulai akrab. Robert menyeduh teh, dan mereka minum berdua. Pembicaran mulai beralih ke keadaan salju yang semakin ganas. Robert berjalan pelan mendekati perapian. Menambah beberapa keping kayu.

"Astaga, kenapa aku sampai lupa, ya?" Arvin menepuk jidatnya. "Tujuanku ke mari hanya ingin mengembalikan dompet.  Dua hari lalu aku sedang di sebuah kafe ketika melihat dompet anda jatuh ke tong sampah. Dan sekarang aku ingin mengembalikannya kepada anda. Sebentar..." Dia merogoh kantong celana, dan tiba-tiba wajahnya panik. Dompet itu mungkin tercecer di tumpukan salju.

Ya, ya. Robert teringat kisah na'as dompet itu. Dompet yang harus mengakhiri hidupnya karena sudah teramat buruk.  Robert memang sengaja membuangnya ke tong sampah, termasuk dua kartu yang sudah kadaluwarsa.

"Wah, dompet itu hilang. Bagaimana ini?" Arvin cemas.

"Santai sajalah. Apakah anda akan mencarinya di suasana bersalju? Sudahlah! Aku hanya ingin berterima kasih atas kebaikan anda, sehingga rela menembus salju yang lebat ini. Hmm, bagaimana kalau kita memanggang kalkun. Mungkin masih ada toko yang berani buka."

"Kalau pun tak ada yang buka, mungkin sepotong roti keju juga boleh." Arvin tertawa.

Mereka kemudian menikmati siang beranjak senja dengan setumpuk roti dan kopi latte bersahabat. Dan tiba-tiba radio berbunyi. Listrik kembali menyala. Dikabarkan bahwa dalam dua hari ini salju akan reda. Juga masalah jaringan telekomunikasi sudah terselamatkan.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun