Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pasar Malam

14 September 2019   23:29 Diperbarui: 17 September 2019   20:37 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasar Malam | (KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO)

"Kenapa?" Aku menatapnya.

Dia menghela napas. "Ya, itu tadi, dia juga ingin membuka pasar malam. Tapi, pasar malam tipuan. Mereka bukan niatnya menghibur, tapi menjadikan tempat ini sebagai ladang perjudian dan pelacuran. Aku tak ingin tempatku dikotori." Dia bergegas pergi. 

Sebenarnya aku sudah berniat meninggalkan kota ini. Namun, karena ada pesaing bisnis pasar malam, aku menjadi tertantang. Aku juga ingin membuat Aron kesal karena mencoba menusukku dari belakang.

"Aron, arena pasar malam kita buka lagi."

"Lho, kok?"

Sejak saat itu tak ada yang mengganggu pasar malamku. Rencana sebulan beroperasi, aku tambahkan sebulan lagi. Aku penasaran ke mana anak perempuan aneh itu.

Saat pasar malamku akan meninggalkan lapangan itu, mataku tak sengaja melihat sesosok anak perempuan duduk di dahan pohon beringin. Dia melambai. Bulu kudukku seketika berdiri.

---sekian----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun