"Tapi, Kak. Puisi ini bukan lagi hadiah dari Airin saja," keluh Airin.
"Nggak apa-apa, deh! Puisi ini memang hasil karya kita berdua. Tapi, ide membuat puisi ini kan kau, Airin!" Kak Ita menepuk pelan pipi adinya itu.
Saat hari Ibu tiba, di meja makan telah terhidang nasi goreng spesial hasil karya Kak Ita. Ibu kebetulan terlambat bangun. Setelah shalat shubuh Ibu tidur lagi karena kurang enak badan. Ibu terkejut melihat ada nasi goreng di meja makan.
Piring dan gelas yang menumpuk di cucian tak ada lagi. Dapur sudah bersih. Tiba-tiba Ibu dikejutkan oleh lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan Airin dan Kak Ita.
"Lho, ulang tahun Ibu kan masih lama! Lagi pula untuk apa dirayain lagi. Ibu sudah tua, nggak jamannya lagi."
Airin memeluk Ibu. "Selamat hari Ibu! Ini hadiah puisi untuk Ibu. Â Tapi ibu jangan tertawa, ya. Puisi Airin jelek."
Ibu memeluk kedua anaknya. "Terima kasih atas hadiah dan ucapannya. Cuma..." Ibu terdiam.
"Cuma apa, Bu?" tanya Airin dan Kak Ita berbarengan.
"Alangkah senangnya kalau kalian setiap hari berbuat begini. Ibu tak perlu capek-capek menyuruh, kalian sudah mengerjakan sendiri."
Airin dan Kak Ita  tersenyum. "Kami berjanji akan membuat hari Ibu setiap hari untuk Ibu tersayang. Janji ya, Rin!' kata Kak Ita.
Airin tersenyum malu. Mereka memeluk Ibu lebih erat.