Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulan dalam Got

4 Februari 2019   11:30 Diperbarui: 4 Februari 2019   11:30 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ref. Foto : pixabay

Bus yang ringsek itu akhirnya berhenti. Aku segera berdiri. Menatap hujan di luar yang menggerutu. Jalanan berbatu, menggigil di genangi air berwarna coklat. Setelah membangunkan Bulan, kusandang traveling bag. Bulan hanya menepis. Tapi seketika menggeliat. Menatapku seakan bertanya.

"Kita sudah sampai!" Aku menjawab kebingungannya.

Bulan mengekori langkahku yang terburu. Dalam balutan sweater berenda, tampak tonjolan tulang di bahunya. Alangkah kurusnya dia kini. Alangkah menderitanya dia, meskipun baru sebulan mengikuti kehidupanku sejak dari Jakarta. Bibirnya kelihatan membiru. Bergetar. Dia merapat ke punggungku. Bergegas merendengi langkahku menuju warung di seberang jalan.

Tubuhnya semakin menggigil. Jemari yang mungil-kurus, dingin menjalari lenganku. Jemari Bulan yang selalu kuelus, manakala dia mulai menyesali hidup yang ditakdirikan untuknya.

Sembari memperhatikan Bulan, terkadang aku merasa hidup teramat kejam mempermainkan kami berdua. Aku tahu ketika kami sama-sama kuliah dalam satu kampus, Bulan memang orang berpunya. Aku juga menyadari diriku bukan orang berpunya. Tapi entah panah asmara darimana yang menacap begitu cepat, langsung mempersatukan aku dengannya.

Meskipun begitu, sekali waktu aku berusaha membuktikan cinta Bulan kepadaku. Kuungkapkan bahwa aku bukan orang sepertinya. Aku hanyalah rakyat jelata dari yang jelata. Tapi haruskah Bulan mencintaiku sedemikian rupa? Tidaklah itu suatu bumerang, karena orang tuanya jelas menolak kehadiranku mentah-mentah?

Kuibaratkan Bulan telah kecebur got. Bulan yang seharusnya bertahta megah di langit, rela tercampak ke got kotor sepertiku.

Namun Bulan selalu memberikan alasan yang amat menusuk nuraniku sebagai lelaki. Bagi Bulan aku adalah lelaki yang buta cinta. Meskipun kutahu dia perempuan pengidap kelainan jantung, toh aku nekat mencitainya. "Bukankah aneh kalau Mas Fitrah mencintaiku? Seorang perempuan penyakitan. Seorang yang selalu hidup dibawah tuntunan..." Biasanya cepat kubekap mulutnya. Lalu merengkuh bahunya yang beranjak ringkih.

Kutatap kembali Bulan yang mengigil. "Mau kopi?" Dia menggeleng tegas. Aku merasa teramat bodoh. Menawarinya racun yang mampu membuat jantungnya shock. Dia pun kutawari teh manis hangat. Dan dia mengangguk.

Kasihan benar perempuan ini. Nekat betul dia berkomitmen hidup bersamaku. Sebab tidak direstui orangtuanya berpacaran denganku, Bulan telah menelorkan sebuah ide gila. Dia mengajakku kawin lari. Meninggalkan masa perkuliahan setengah jalan. Meninggalkan orangtuanya yang seketika mengultimatumnya sebagai haram jadah. Dia berjibaku bersamaku. Melompat-lompat di Jakarta dari kos demi kos kumuh. Menghadapi serangan-serangan penyakit jantungnya yang kerap kumat. Sehingga setiap kejap aku merasa belati diletakkan di dada.

Bersamaku, toh tidak ada obat penyakit jantung yang terbeli. Memberinya makan dengan sisa menjual lukisan-lukisan kesayanganku, sudah merupakan keajaiban. Bagaimana mungkin pula aku mampu membelikannya obat yang pasti berharga selangit? Tapi Tuhan, dia sanggup bertahan ! Tidak pernah sekalipun pengeluh. Dia tetap tegar. Pada hal ketika malan-malam dia tertidur dengan napas tersengal, aku tanpa sengaja sering menyusut air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun