Seolah mengerti isi hati kami, JNEÂ mempercepat perjalanannya. Bisa-bisanya 2 paket Kargo yang dikirim dari Bandung dan Yogya, tiba di Tangerang berbarengan dalam 2 hari saja! Padahal resminya tertera 3-4 hari, lho!Â
Peringatan 40 hari berpulangnya Mande --panggilan untuk Ibu dalam Bahasa Minang---telah disusun rapi. Kami sekeluarga sepakat membuat semacam peluncuran sederhana buku doa untuk Mande dan pembacaan puisi-puisi beliau, sebelum Tahlilan dan doa bersama dimulai. Acara ini pun akan diabadikan dengan video oleh kakak ipar saya.Â
Hari itu hati kami berdebar. Paket yang saya harapkan dikirim sejak jauh hari oleh sebuah percetakan buku Doa & Yasin yang saya pesan, ternyata baru dikirim dua hari sebelum acara. Padahal saat check out di marketplace yang menjadi perantara kami, saya memilih pengiriman jenis Kargo dari JNE, karena yakin bahwa pihak percetakan bakal mengirimkannya sebelum tenggat waktu maksimal pre-order (PO), yang 8 hari itu. Beberapa kali punya pengalaman pesanan dibuat lebih cepat dari waktu PO, rupanya membuat keyakinan saya jadi berlebihan.  Â
Memang, sih, saya memesan dalam waktu mepet. Sepuluh hari sebelum hari H. Ini berarti waktu PO + 2 hari. Penyebabnya lantaran saya baru menyelesaikan desain final sampul bukunya. Mungkin banyak dari Anda yang bertanya-tanya, mengapa saya memilih jalan tidak praktis dengan membuat sendiri desain buku Yasin, padahal kan banyak model yang bisa kita pilih dan bisa langsung dicetak.Â
Perihal ini tak lain lantaran saya memang sudah niat mempersembahkan karya-karya kreatif untuk Mande sebagai representasi cinta saya dan seluruh keluarga. Dengan mendesain sendiri buku doa & Yasin, kita dapat memberikan sentuhan-sentuhan pribadi pada buku itu yang disesuaikan juga dengan kepribadian Mande. Seperti memasukkan unsur visual yang terkait asal leluhur Mande, tempat kelahiran, kesukaan, bahkan warna kesayangan beliau.
Saya pilih warna merah untuk keseluruhan buku, mulai dari warna dasar kain songket, kuntum-kuntum mawar, hingga warna langit senja di tepi laut bersih nan tenang dekat Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Tak ketinggalan balon-balon cinta yang diterbangkan ke langit. Kedua unsur ini, balon dan suasana senja, ada di bagian belakang sampul. Merah dipilih karena disukai Mande. Demikianlah, maka buku Yasin itu terasa lebih hidup.Â
Sesampainya saya di rumah orangtua, setelah menempuh perjalanan kurang-lebih 3 jam, langsung saja saya tanyakan kepada Ayah dan Adik tentang paket buku itu. Meski tahu, paket kiriman dari luar kota dengan JNEÂ Kargo berkemungkinan sampai 3 - 4 hari, seperti yang tertera di nota pembelian online kami, tetap saya berharap ada keajaiban.Â
Namun ketika ternyata saya tahu paket itu belum sampai, otak ini langsung saya niatkan untuk tune in ke rencana cadangan yang baru terpikir sehari sebelumnya. Yaitu peluncuran sederhana buku tanpa bentuk fisiknya. Dan kami semua, keluarga inti Mande, akan membacakan puisi melalui gawai masing-masing, bukan dari buku Yasin itu. Dengan begitu berarti buku itu sama sekali tidak tampil di video acara kami. Ini tentu saja sangat disayangkan. Tapi mau bagaimana lagi?
Waktu menunjukkan pukul setengah tiga siang. Acara akan kami mulai pukul 4 sore. Kami pun sudah mulai pasrah akan ketidakhadiran buku Doa Mande dan mulai mengeluarkan beberapa buku Yasin koleksi lama yang jumlahnya tidak banyak. Dengan demikian kami juga berharap para undangan membawa sendiri buku mereka, seperti yang terjadi di peringatan 7 harian kemarin. Â Â
Dengan berusaha tidak menampakkan rasa kecewa lantaran belum menerima paket buku pesanan, saya pun pelan-pelan mulai menerangkan perihal itu, sekaligus ingin mengurangi dag-dig-dug di dada. Namun, belum sampai satu menit buka suara, tiba-tiba dari arah pintu pagar terdengar suara keras. Sebuah mobil putih tampak berhenti di muka pagar.Â
"Paket! Pakeeet!" teriak orang yang berdiri di muka pagar. Kami sekeluarga yang sejak tadi menunggu datangnya kurir JNEÂ pengantar paket, begitu pekanya akan suara itu dan tanpa sengaja semua bergerak ingin menyongsong. Reaksi sumringah kami pastilah terekspresikan jelas. Salah seorang adik lelaki saya yang berada di beranda, melangkah cepat membuka pintu pagar untuk menerima paket itu.Â
Surprised! Mata kami berbinar memandangi tulisan pada labelnya. Di situ tercantum "Buku Yasin ... " di kolom "Deskripsi". Beberapa menit setelah menyemprotkannya dengan desinfektan, kami pun membuka kedua kotak kardus paket itu. Â Tak terkatakan bahagianya kami semua mendapati buku-buku berdesain sampul indah buatan saya yang akan kami luncurkan beberapa menit lagi.
Bagai mengerti isi hati kami, JNEÂ seolah mempercepat perjalanannya. Bisa-bisanya 2 paket Kargo yang dikirim dari Bandung dan Yogyakarta, tiba berbarengan di Tigaraksa Tangerang dalam waktu 2 hari saja! Padahal resminya tertera 3-4 hari. Lantas, peristiwa beberapa tahun belakangan pun muncul. Ya, baru saya ingat, bukan kali ini saja JNEÂ cepat bagai kilat. Perjalanan paket Reguler Bali - Depok (dan sebaliknya), juga pernah ditempuh 1 hari saja, lho! Bukan main!
#JNE3dekadebahagiabersama Label: JNE 3 Dekade Bahagia Bersama
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI