Mohon tunggu...
Ridwan Amsyah
Ridwan Amsyah Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Indonesia

Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membedah Ujaran Mahasiswi Asal Maluku yang Diduga Menghina Etnis Buton

10 Maret 2022   22:05 Diperbarui: 10 Maret 2022   22:10 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bedah ujaran dari perpesktif Linguistik. Sumber: murianews.com /linguistik forensik

Baru-baru ini viral cuitan seorang perempuan diduga menghina etnis Buton yang ada di Seluruh Indonesia. Perempuan tersebut adalah Azmi Farahdiba, salah satu mahasiswa kebidanan  di salah satu perguruan tinggi di Kota Ambon, Provinsi Maluku. 

Cuitannya di media sosial (Medsos) Facebook mengundang beragam komentar dari masyarakat medsos terkhusus etnis Buton. Buntut dari cuitan tersebut saat ini  Azmi dilaporkan oleh Pengurus Besar Badan Koordinator Masyarakat Maluku, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada selasa 22 februari 2022.

Berdasarkan hasil tangkapan layar yang beredar di medsos, pesan medsos tersebut selain menyebut etnis  Buton juga menyebut  Sangkola  yang merupakan makanan khas Buton. Dilansir dari tribunnewssultra.com, berikut isi cuitannya. "Krna yang bt lia di hurnala kebanyakan orng Buton itu dong badaki, rmh badaki, zg ada marga, bru dong pung mkanan sangkola.. Jdi bt zg bisa tinggal hidup dng orng Buton. 

Apalagi se tau bt anak kesehatan tho jd musti bersih.." Jika diartikan dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut, " karena yang saya lihat di Hurnala kebanyakan orang Buton itu mereka kotor, rumahnya kotor, tidak ada marga, baru mereka makanannya sangkola... Jadi saya tidak bisa tinggal dengan orang Buton. Apalagi kamu tahu sendiri saya anak kesehatan jadi harus bersih...".

Sumber: okinmedia.id
Sumber: okinmedia.id

Melalui akun Facebook  Ichal Lestaluhu, Azmi  diketahui telah meminta maaf kepada seluruh masyarakat buton. Berikut ucapan maafnya, "...Kami atas nama  Azmi Farahdiba Lestaluhu , keluarga dan masyarakat negeri Tulehu meminta maaf atas kekhilafan saudara kami yang telah melukai perasaan Basudara Buton...,".

Terlepas dari permintaan maaf tersebut, ujaran Azmi Farahdiba merupakan tindakan yang tidak patut dicontoh. Apalagi ujaran tersebut menyinggung perasaan banyak orang. Dari ujaran yang dikeluarkan ada banyak tanggapan liar dari pengguna  Facebook. Bahkan ada beberapa akun  yang menanggapi balik menyindir ujaran tersebut.

Beberapa kata yang dikeluarkan Azmi Farahdiba dapat diasumsikan sebagai hinaan terhadap Suku Buton. Diantara kata-kata tersebut adalah menyebut orang buton kotor, dan Rumahnya Kotor. Kata kotor  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna tidak bersih, banyak sampah (barang bekas, barang busuk), melanggar kesusilaan. 

Sedangkan kata orang adalah adalah manusia yang mendiami suatu tempat.  Dalam kajian semantik kata 'Orang Buton'  merupakan Common Ground Atau  kesamaan persepsi. Menurut Proffesor Aceng Ruhendi dalam bukunya "Semantik Dan Dinamika Pergulatan Makna" menyebukan bahwa kesamaan persepsi adalah pengetahuan dasar tentang sesuatu yang telah diketahui oleh penutur dan mitra tutur. 

Olehnya itu, kata 'Orang Buton' dalam ujaran azmi sudah pasti merujuk pada manusia atau sekelompok orang yang berasal dari Pulau Buton Sultra. Selanjutnya kata 'Orang Buton' dalam ujaran tersebut dikaitkan dengan kata kotor. yang bisa dimaknai bahwa orang buton tidak bersih, orang buton adalah barang bekas, orang buton adalah barang busuk, dan orang buton melanggar kesusilaan. Secara menyeluruh kalimat tersebut bermakna kurang baik atau dengan  kata lain sangat merugikan etnis Buton.

Kalimat yang juga bernada menyindir etnis buton adalah "Baru mereka makanannya Sangkola". Sangkola atau Kasoami  merupakan makanan khas orang Buton. Jika melihat kalimat  tersebut  sama sekali tidak ada unsur penghinaannya, namun karena konteks kalimat tersebut mengacu pada kata orang Buton yang  kotor, maka dapat diasumsikan bahwa sangkola yang dimakan orang Buton merupakan makanan kotor atau dalam ilmu kesehatan tidak sehat. Dalam kajian linguistik, hal tersebut merupakan implikatur, yakni ujaran dengan maksud tersirat didalammya yang mengacu pada konteks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun