Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sabar... Sabar.... Sabar

20 Desember 2014   12:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:53 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kata sabar selalu identik dengan musibah atau kemalangan. Kehilangan rumah akibat tertimbun longsor seperti yang terjadi di Banjarnegara. Kehilangan kendaraan bermotor digondol maling. Dan juga kehilangan salah satu anggota keluarga yang kita sayangi.
Menghadapi situasi masalah dan musibah seharusnya memang kita mesti bersikap sabar. Sabar ini merupakan kunci hati meredam rasa kecewa, menyesal, ataupun amarah. Hanya dengan bersikap sabar kita memohon perlindungan dari yang diatas dari bisikan syetan dan bully-bully maut sang iblis.
Agama dimana pun di dunia mengajarkan kita untuk selalu sabar bila ditimpa masalah atau musibah. Kenyataannya apa yang dititahkan dari kitab suci pelbagai agama klise, akan tetapi memiliki makna hidup yang lebih luas. Katakanlah kita kehilangan rumah akibat tertimbun longsor. Apakah kita harus menangisi terus-menerus menyayangkan kehilangan rumah? Sekalipun kita menangis darah, rumah yang tertimbun itu tak akan pernah kembali sedia kala seperti apa yang kita harapkan.
Sebaliknya kita bercermin pada diriku. Kita masih diberi kesempatan bernapas. Artinya kita diberi kesempatan  hidup untuk menjalani hidup ini yang lebih bermangpaat daripada sebelumnya. Boleh jadi kita dulu pernah berbuat salah dalam menjalani hidup.Perkara rumah dan kendaraan yang hilang akan ada penggantinya oleh sesuatu yang lebih bernilai lagi. Selama kita masih hidup, rejeki itu akan selalu datang darimana saja.
Buah dari kesabaran, akan menghasilkan ilmu  yang bermangfaat. Ingat ditemukan lampu neon sekarang ini tidak sekonyong-konyong datang begitu saja, butuh proses dan ketekunan. Selama berproses tersebut memerlukan kesabaran. Alfa Edison, lewat lampu neon yang ditemukan telah membuktikan buah dari kesabaran.
Kita tidak bisa seperti Edison, tapi setidaknya kita belajar dari ketidakputusan Edison dalam menghadapi masalah. Masalah atau musibah sebesar apapun kalau tetap dihadapi dengan sabar akan memberi peluang untuk berpikir bagaimana cara pemecahan solusinya.
Sabar lahir bukan dari buah kekerasan. Bila ada orang datang tiba-tiba menampar kita. Kita harus melawannya, dengan cara melaporkan dia ke polisi. Kalau saja kita lawan, hingga sampai adu otot akan berbuntut panjang masalahnya, pada akhirnya tidak akan menyelesaikan masalah.
Ciri dari sabar berujung pada penyelesaian masala, bukan menimbulkan masalah, atau mencari-cari masalah. Sekali lagi, sabar adalah kunci pembawa kehidupan yang lebih baik. Amin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun