Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Pembelajar

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian" - Pramoedya Ananta Toer -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesadaran Ekosentris dan Krisis Iklim Global

18 April 2025   06:54 Diperbarui: 18 April 2025   06:54 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Gunung Mutis, Puncak gunung tertinggi di Provinsi NTT. Sumber: Pribadi

Krisis iklim global adalah masalah yang tidak bisa diabaikan lagi. Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan penggundulan hutan, telah menyebabkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Suhu bumi terus meningkat, pola cuaca berubah, dan kejadian ekstrem seperti badai, banjir, dan kekeringan semakin sering terjadi. Semua ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kehidupan manusia, terutama mereka yang paling rentan. 

Data yang dilansir dari Forest Watch Indonesia, menunjukkan bahwa luas lahan hutan yang terkena dampak deforestasi atau penggundulan hutan di Indonesia seluas 12,5 juta hektar di tahun 2024. Selain itu, dikutip dari Kompas.com, menunjukkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi yaitu suhu rata-rata permukaan global lebih tinggi 0,12 derajat celsius bila dibandingkan rata-rata temperatur pada tahun 2023 yang memperlihatkan suhu rata-rata 2024 mengalahkan rekor tahun terpanas sebelumnya yang telah dipecahkan pada tahun 2023.

Dari beberapa data diatas menujukkan bahwa terjadinya peningkatan aktivitas yang menjadi variabel dari timbulnya krisis iklim global yang melanda planet ini. Beberapa hal yang menjadi penyebab utama munculnya krisis iklim yakni emisi gas rumah kaca, penggunaan energi fosil yang tidak ramah lingkungan dan perubahan penggunaan lahan hijau. 

Sudah tentu hal ini menjadi perhatian serius bagi kita dan menjadi alarm pengingat bahwa krisis iklim global adalah yang tak bisa terelakkan. Salah satu penyebabnya ialah berbagai kegiatan manusia yang tidak mendasar pada tanggung jawab etika lingkungan (enviromental ethics) yang disebabkan oleh kesadaran secara individual maupun kolektif tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup sebagai bagian organik dari kehidupan manusia.

Maka dari itu, muncul istilah "kesadaran ekosentris" sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masifnya kerusakan lingkungan yang terjadi akibat berbagai aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab atas terhadap keberlangsungan ekosistem. Kesadaran ekosentris merupakan pandangan yang menempatkan ekosistem dan semua makhluk hidup di dalamnya sebagai pusat perhatian yang holistik dan tidak saling terpisahkan. Konsep ini menekankan pentingnya keterkaitan antara manusia dan alam, serta bagaimana tindakan manusia dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem yang ada. 

Dalam konteks ini, kesadaran ekosentris menuntut individu untuk melihat diri mereka sebagai bagian dari alam, bukan sebagai entitas terpisah yang memiliki hak untuk mengeksploitasi sumber daya alam tanpa batas. Kesadaran ini mencakup pemahaman bahwa setiap tindakan yang diambil oleh manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif, akan memiliki konsekuensi terhadap ekosistem. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pola pikir yang mendalam untuk dapat menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh krisis iklim.

Salah satu aspek penting dari kesadaran ekosentris adalah penghargaan terhadap keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati merupakan fondasi dari ekosistem yang sehat dan berfungsi dengan baik. Setiap spesies memiliki peran dan fungsinya masing-masing, dan hilangnya satu spesies dapat mengganggu keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Dalam banyak kasus, aktivitas manusia yang merusak habitat alami dan mengakibatkan kepunahan spesies telah memperburuk kondisi iklim. Oleh karena itu, upaya untuk melindungi keanekaragaman hayati sangat penting dalam mitigasi perubahan iklim dan adaptasi terhadap dampaknya.

Kesadaran ekosentris juga mendorong kita untuk berpikir secara holistik. Dalam menghadapi krisis iklim, solusi yang diambil tidak cukup hanya bersifat teknis atau ekonomis, tetapi harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan secara menyeluruh. Misalnya, pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan tidak hanya akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan melestarikan alam.

Salah satu upaya yang dapat diusahakan untuk meningkatkan kesadaran ekosentris ialah melalui pendidikan. Melalui pendidikan, terkhususnya pendidikan lingkungan hidup, individu diajarkan untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan dampak dari tindakan mereka terhadap lingkungan. Bentuk implementasinya bisa berupa merumuskan kurikulum yang terfokus terkait isu perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan praktik berkelanjutan dapat membantu membentuk generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan. Selain itu, kampanye kesadaran publik juga sangat penting dalam menyebarluaskan informasi dan mendorong tindakan kolektif untuk menghadapi krisis iklim.

Pentingnya kolaborasi juga tidak dapat diabaikan dalam konteks kesadaran ekosentris dan krisis iklim. Masalah ini bersifat global dan memerlukan kerja sama antara negara, organisasi internasional, sektor swasta, serta masyarakat sipil. Inisiatif seperti Perjanjian Paris (Paris Agreement) di tahun 2015 menunjukkan bahwa negara-negara di seluruh dunia telah mulai menyadari pentingnya bekerja sama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memitigasi dampak perubahan iklim. Namun, komitmen yang kuat dan tindakan nyata masih diperlukan agar tujuan ini dapat tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun