Mohon tunggu...
Muhamad Baqir Al Ridhawi
Muhamad Baqir Al Ridhawi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lagi belajar nulis setiap hari.

Blogku sepi sekali, kayaknya cuma jadi arsip untuk dibaca sendiri. Hohohoho. www.pesanglongan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesadaran Dilihat-Nya

24 Januari 2021   21:42 Diperbarui: 24 Januari 2021   21:44 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sepotong hadits nomor 2, di Arbain Nawawi:

"Lalu beritakanlah kepadaku tentang Ihsan,"

"Anda beribadah, mengabdi kepada Allah dengan keadaan bagai anda melihat Allah, dan bila anda tidak bisa melihat-Nya, maka adalah Dia melihat anda," jawab Nabi Muhammad Shollallahu'alahi wa sallam.

Kita memang selalu dilihat-Nya. Dan mungkin bisa begini pula mengartikannya: beribadahlah dengan kesadaran Allah melihat kita.

Terus muncul pertanyaan di kepalaku. Kalau dilihat Allah kenapa? Apa akibatnya? Kita akan jadi takut? Karena Dia mengerikan, karena Dia bisa kejam menyiksa kita ketika kita membuat kesalahan atau dosa sedikit pun? Jadi kita harus berupaya keras supaya selamat. Jangan sampai salah sama sekali. Karena ini bisa bahaya sekali. Hukumannya itu NERAKA!

Ataukah akibat dari dilihat-Nya adalah kita  jadi merasa sungkan, tidak enakan? Malu? Masa' kita tinggal di tempat-Nya tapi tingkahnya bagaikan di rumah sendiri. Masa' kita yang dipinjami oleh-Nya apa saja yang kita butuhkan, tetapi kita bertindak seolah kita yang memilik itu semua. Dan jadinya kita bisa seenaknya sendiri gitu? 'Kan tidak sopan. 'Kan tidak pantas. Itu memalukan! Kita harus tahu diri, yang pas itu bagaimana.

Ataukah akibat dari dilihat-Nya adalah kita jadi semakin cinta pada-Nya? Dia Yang Maha Lebih Kasih Sayang selalu melihat, memperhatikan kita lho. Aduh, kalau kayak gitu aku pasti kesengsem. Coba bayangkan, kalau Kekasih kita menemani jalan kita terus. Tentu, karena ada Kekasih kita, kita pasti akan mempersembahkan yang terbaik untuk Dia. Meski rasanya agak pencitraan, atau akting---biar tampak baik, biar Dia tambah cinta ke kita. Tetapi 'kan Dia selalu ada di samping kita. Kita jadi tidak bisa tidak berusaha menjadi yang terbaik untuk-Nya. Apalagi Dia juga telah memberikan yang terbaik untuk kita. Semua yang diberikan-Nya adalah yang terbaik untuk kita. Maka hampir tidak mungkinlah kita tak menjadi versi terbaik dari diri kita, di saat kita sadar, kita selalu dalam perhatian-Nya.

Ah. Sebetulnya tidak usah gitu-gitu amat berpikirnya. Itu terlalu overthinking untuk hanya memilih sebuah sikap. Padahal kalau mau memilih mana yang baik, juga sudah jelas sekali---tentu yang menang, yang lebih pantas dipilih---adalah yang berlandaskan cinta. Tetapi apakah kita yang baru memutuskan memilih cinta, jadi bisa membuktikan cinta dengan 'baik'? Tentu tidak semudah itu. Kita hanya sebisanya kemampuan kita yang belum apa-apa---orang kita pemula. Tentu yang lebih berpengalaman dalam percintaan lebih baik, lebih mahir dibanding kita yang pemula. Kita tidak bisa ujug-ujug, sekonyong-konyong, seketika mahir dalam hal percintaan dengan Allah. Tentu ada tahapan-tahapan yang harus dilalui.

Tetapi ya setidaknya kita memulai dengan niat cinta kepada-Nya semata. Walau nantinya, di tengah-tengahnya ada kejadian atau praktik yang bukan cinta. Walau di tengah-tengahnya ada pamrih-pamrihnya. Masih ada egois-egoisnya---atau mungkin lebih tepatnya egonya belum terkendali. Tetapi setidaknya kita sudah meneguhkan cinta kita kepada-Nya. Kita berniat dan kita sedang bergerak menuju kepada Sang Maha Lebih Cinta. Entah lambat atau cepat. Entah terseok-seok atau lancar-lancar. Entah muter-muter atau lurus-lurus. Entah bagaimana pun prosesnya, hasilnya, Allah tentu tahu niat kita. Jadi kita nikmati saja dinamika perjalanannya. Semoga saja Allah terharu dan membantu lebih banyak saat melihat tingkah kita---yang lucu---yang kadang tidak selaras dengan prinsip yang kita pegang. Misalnya, mengakunya sholat Dhuha karena cinta, tetapi sangat mengharapkan rezekinya berlimpah. Mengajarkan ilmu mengakunya karena cinta, tetapi terdapat niatan terselubung biar terkenal, biar dikagumi, dihormati orang-orang. Tetapi ya tidak apa-apa-lah. Wajar. Orang kita pemula. Tetapi 'kan kita sudah berusaha semampunya. Dan tentu kalau kita sungguh-sungguh berusaha sadar atas kehadiran-Nya, berusaha menomor-satukannya, Dia pasti cinta sekali kepada kita dan bersedia memberikan segalanya.

Aku pun menduga-duga, mungkin itulah mengapa di dalam Islam ada banyak bacaan doa. Ada doa sebelum makan, sesudah makan. Ada doa pakai baju, doa keluar rumah, dan seterusnya, dan seterusnya. Ada banyak doa, ada banyak 'Allah' yang kita sebut dalam rapalan, dalam batin. Ada banyak momen kita ingat Allah. Ada banyak momen kita sadar Allah melihat kita! Dan alangkah lebih baiknya lagi kalau kita merapalkan doanya dengan penuh penghayatan. Beehh... pasti luar biasa! Tetapi semisal pun tidak, bahkan tidak hafal doa-doa itu, setidaknya kita masih pakai Bismillah. Ucapkanlah Bismillah dalam setiap hendak melakukan apa saja. Insya Allah dengan Bismillah setiap langkah kita adalah emas. Bernilai!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun