Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kerja Tanpa Passion Beda dengan Bakso Tanpa Pentol

25 Maret 2021   06:45 Diperbarui: 25 Maret 2021   06:50 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ingvar Kamprad memulai dari yang kecil tanpa passion (Source: Liputan6.com)

Lebih dari 80% teman-teman kuliah saya, ambil jurusan karena terpaksa. Ada yang karena tidak diterima di kampus negeri dan ada pula yang karena tidak punya pilihan lain. Kalaupun saat ini ada yang bekerja di luar profesi, itu karena sejumlah kendala. Toh pada akhirnya semua lulus ujian, dapat menyelesaikan skripsi dan wisuda dengan sempurna.

Ini menandakan bahwa selama kuliah, mereka belajar menyukai apa yang sedang ditekuni. Tidak harus sesuai dengan panggilan jiwanya. Saya menyimpulkan, menyintai pekerjaan itu bisa dipelajari. Ala bisa karena biasa.

Meski berprofesi sebagai perawat, saat ini saya sedang tekuni dunia kerja yang tidak menyentuh pasien sama sekali. Padahal esensi memiliki Tanda Registrasi di profesi kami adalah dibutuhkan jika menjalani praktik keperawatan yakni menyentuh pasien dan melakukan prosedur keperawatan. Nyatanya saya semua bisa jalani dengan senang hati. Nyentuh pasien atau tidak, it is no problem at al.

Sebelum masuk kuliah, jauh hari sebelum mendapatkan kerja, tidak pernah terfikir untuk jadi perawat. Artinya, saya tidak memiliki passion untuk menjadi seorang perawat. Saya punya beberapa hobbi yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan perawat. Pernah sekolah di pondok pesantren tiga tahun lebih. Olahraga suka. Komputer suka. Video making skills saya tekuni. Demikian juga nulis.

Beberapa passion yang saya sebut ini tidak saya dapatkan di bangku kuliah. Kalau kemudian saya ambil keperawatan misalnya, itu terlebih bukan karena passion, namun pertimbangan perolehan kesempatan kerja, biaya, serta mudah kuliahnya.

Saya melihat pengalaman senior lulusan Fakultas Keperawatan, bekerja bukan hanya di layanan kesehatan, bahkan ada yang menekuni computer. Tidak sedikit pekerja computer yang latar belakang pendidikannya bukan computer. Kerja di bank, pendidikannya social atau teknik. Kerja di panti asuhan, dari jurusan ekonomi, dan lain-lain.

Adalah Dayat, seorang yunior yang saat ini sedang menunggu wisuda di salah satu kampus negeri di Banda Aceh. Dia ambil jurusan pendidikan olahraga atau Kesehatan Jasmani. Dayat ambil jurusan tersebut karena 'desakan' orangtuanya yang berprofesi sebagai guru. Nyataya saat ini passion dia di computer software. Dayat sangat suka dengan dunia computer ini. Walaupun demikian, nilai-nilai IP selama kuliah tetap bagus. Ini berarti sambil menekuni kuliahnya, passion tetap jalan. Dayat bahkan bisa mendapatkan income tambahan dari passion nya di dunia computing ini. Bukan dari kuliahnya. Namun, dia tetap bisa kerja juga sesuai jurusannya yang tanpa passion.

Incredible bukan?

Dayat tidak sendirian. Teman saya kuliah saat ini ada yang sedang jalani bisnis berupa jualan pulsa yang laris manis di Aceh. Sambil jualan pulsa yang sukses di beberapa kios, dia sedang ambil Program Pasca Sarjana di Unsyiah. Menarik sekali. Untuk kuliah S2 dia tidak perlu minta bantuan orangtua.

Beberapa teman kuliah saat ini tidak sedang kerja di rumah sakit atau puskesmas sesuai pendidikan mereka. Sekali lagi ini menandakan bahwa banyak hal yang bisa dipelajari dalam hidup ini tanpa harus fokus pada satu jenis pekerjaan sesuai peminatan.

Ada oang-orang yang menyukai satu jenis pekerjaan yang ditekuni supaya bisa menjadi seorang spesialis. Namun tidak sedikit mereka yang melakoni sejumlah kegiatan yang menghasilkan produk cukup memuaskan tanpa dibekali passion sebelumnya. Mereka fokus, tetapi pada banyak hal. Inilah tantangan definisi dari 'Fokus'. Ternyata, fokus tidak berarti hanya tertuju ada satu bidang.

Hikmah yang bisa saya tangkap dari pembelajaran hidup ini adalah, kita tidak perlu membatasi diri untuk melakukan hal-hal hanya yang kita cintai. Pada hahehaknya hidup adalah pembelajaran. Semua bisa dipelajari. Mau menyukai atau tidak, kita bisa belajar. Hidup adalah proses belajar. Belajarlah ilmu, keterampilan dan sikap, seperti yang diajarkan alam Taksonomi Bloom, tanpa batas. Tujuan belajar adalah mengubah Sikap (Behavior Changes).

Saya lihat banyak pengusaha sukses karena membuka dirinya akan berbagai hal tanpa harus fokus pada satu hal. Pengusaha yang sukses bahkan mau mempelajari sesuatu yang semula tidak disukainya. Dan nyatanya berhasil. Walaupun memang dengan memiliki bekal minat atau hobby, akan terasa lebih mudah untuk melalukan sesuatu, baik itu perkuliahan maupun pekerjaan. Tetapi, sepanjang sesuatu tersebut bisa dipelajari, pintu keberhasilan akan selalu terbuka lebar.

Pada awalnya tidak saya sangka akan suka menekuni dunia Video Making. Di luar kerja, di saat ada waktu luang, perlahan, saya pelajari jenis keterampilan ini. Nyatanya dengan memiliki keterampilan ini bisa saya jadikan Strenghts atau kekuatan yang menjadi modal besar ketika ditanya apa 'kelebihan' Anda?  Padahal, tadinya tidak memiliki passion sama sekali.

Jadi, passion itu bisa lahir from nothing. Bisa dipelajari bisa dibiasakan. Jan Koum, pendiri Aplikasi WhatsApp, Vicky Popat pendiri Online PantOGram, Leah Glodglantz pendiri Leah's Plate, Do Won Chang dan Jin Sook  pendiri Forever 21, Ingvar Kamprad pendiri IKEA, dan masih banyak lagi pengusaha berhasil yang memulai bisnis mereka dari nol. Mereka semua tidak memulai bisnisnya dari passion. Mereka mulai dengan kemauan.

Friends....

Memang Bakso tidak bermakna jika tanpa Pentol. Tetapi orang tetap menyangka bahwa yang sedang Anda santap adalah Bakso karena berada di tengah-tengah penjual Bakso. Yang penting, pastikan aroma Baksonya harus ada dulu. Nanti jika sudah ada duit, tambahin Pentolnya. Karena untuk menambah Pentol, harga Baksonya akan lebih mahal.

Have a nice day.....

March 25, 2021

Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun