Sesampai di Balai Desa Banjararum, appointmentnya pukul 15.30, kami datang lebih awal 15 menit. Fikir saya mengantisipasi keadaan. Terlebih dengan kondisi fisik seperti ini, melangkah saja agak sulit bagi beliau.
Saya tidak sangka, ternyata antriannya panjang. Ibu Umi mendapatkan nomor antrian 208. Kerumunan di Kantor Balai Desa sudah padat. Terlebih, tidak sedikit mereka yang datang dengan diantar oleh kerabat atau keluarganya. Kendaraan bermotor memadati halaman depan Balai Desa.Â
Dalam hati saya berkata, :"Ternyata banyak orang melarat juga di Jawa." Bagaimana dengan di Aceh sana, tempat asal saya, yang merupakan salah satu provinsi termiskin di Indonesia. Â
Ruang tempat pengambilan Dana Desa ada di lantai atas Balai Desa. Dengan naik tangga di sebelah kanan kantor, itu sudah merupakan siksaan tersendiri bagi Ibu Umi. Sayangnya pengambilan Dana Desa ini tidak bisa diwakilkan.Â
Ketika saya tanya ini bulan ke berapa dan berapa jumlah yang akan didapat, dijawabnya, :"Bulan ketiga, sebesar Rp 600 ribu." Totalnya ada 4 bulan dana desa yang dijanjikan.
Saya sempat sedikit emosi dan marah kepada petugas yang kurang memperhatikan kondisi fisik para pengambil dana desa yang sudah tua dan tidak mampu jalan sempurna ini. Alhamdulillah dengan cara tersebut, Ibu Umi bisa mendapatkan prioritas. Jika tidak, betapa beratnya harus berdiri lama antri menunggu gilirannya.
Alhamdulillah, hanya dalam waktu tidak lebih dari 20 menit, urusannya clear. Ibu Umi tampak senang sekali. Saya antar kembali ke rumahnya yang berjarak kurang lebih 1 km dari Balai Desa.Â
Menyesalnya, ternyata beliau hanya mendapatkan Rp 300 ribu. Bukan Rp 600 ribu sebagaimana yang diceritakan ke saya. Bagaimanapun, beliau bersyukur atas nikmat ini.
*****
Di atas langit, masih ada langit. Tidak di Aceh, tidak pula di Jawa. Di mana-mana saya lihat ada saja orang-orang yang susah, menderita. Di saat kita menderita, ternyata masih banyak di luar sana yang jauh lebih menderita daripada  derita kita. Di saat kita sakit, nyatanya masih banyak di luar sana yang jauh lebih sakit daripada kita.
Demikian hikmah yang saya dapat dari mengantarkan Ibu Umi untuk mengambil bantuan Dana Desa. Ada ratusan orang di desa yang sama dengan Ibu Umi yang juga menderita. Meski saya tidak melihat langsung berapa orang yang secara fisik menderita seperti Ibu Umi, yang pasti ada. Kemungkinan besar di desa-desa lainnya di Indonesia yang jumlahnya mencapai 83.981 desa.