Lulus pendidikan Program Profesi Keperawatan tiga tahun lalu, dibanding teman-teman, saya terhitung sangat beruntung. Alhamdulillah. Lewat pendidikan profesi ini, saya bisa kuliah sambil kerja. Saya terbiasa hidup mandiri. Meski dapat dukungan dan bantuan finansial dari orangtua, saya tidak manja karenanya. Sambil kuliah, saya pernah membuat Kue Bolu.
Sebelum Fajar, sudah siap dan saya taruh untuk dijual di Warung-warung Kopi di kota Banda Aceh. Â Alhamdulillah...Allah SWT memberikan kekayaan berfikir kepada hambaNya seperti saya untuk bisa mensyukuri nikmatNya, dengan belajar sambil berjualan.
Saya dapat duit yang lumayan besar untuk ukuran mahasiswa. Membuat Kue Bolu, saya butuh: kemauan, tenaga, waktu, kedisiplinan serta sedikit uang.
Pagi-pagi sekali sebelum berangkat kuliah, saya sudah keliling ke warung kopi di kota Banda, kemudian berangkat ke kampus.
Siang hari saya ngecek ke warung untuk ambil duit. Pada sore atau malam harinya, saya belanja, dan mengambil sisa kue yang tidak terjual. Alhamdulillah, rata-rata kue saya habis.
Rupanya Allah SWT mempunyai rencana lain yang lebih baik bagi saya. Selang beberapa bulan, saya mendapatkan panggilan kerja di Pondok Pesantren di bagian Klinik nya.
Di sana, saya mengabdi. Sambil tetap belajar, saya ngajar ngaji adik-adik, juga membantu kelola Klinik Pondok Pesantren, dengan status masih mahasiswa. Hitung-hitung sambil mempertajam pegetahuan, keterampilan serta pengalaman klinis.
Dengan jumlah Santri 1000 lebih, tentu tidak sedikit yang harus kami perhatikan dan kerjakan. Dari yang serius hingga yang lucu-lucu. Sekarang sudah setahun lebih saya keluar dari sana. Tetapi masih segar dalam ingatan ini suka duka bersama mereka. Dan humornya bisa bikin awet muda.
Namanya juga anak-anak. Banyak yang baik, banyak pula yang nakal. CCTV bukan menjadikan mereka takut atau hati-hati. Malah sebaliknya, mereka jadikan bahan 'ledekan'. Artinya, sengaja mereka tunjukkan kenakalan lewat camera CCTV. Mereka sengaja bertingkah agar terkesan susah diatur.
Tidak lain, dengan maksud supaya dikeluarkan dari pondok. Anak-anak nakal ini rata-rata dari keluarga kaya dan mondok bukan kemauan mereka. Hidup mereka di Pondok Pesantren dirasakan sangat menyiksa.
Saya, bersama teman-teman perawat lain, merangkap peran macam-macam. Bukan cuma petugas kesehatan semata. Kami perawat, merangkap sebagai pegawas, ustadz, satpam, guru ngaji dan sebagainya. Gado-gadolah. Dua puluh empat jam.