Mohon tunggu...
Rico Ricardo Lumban Gaol
Rico Ricardo Lumban Gaol Mohon Tunggu... Penulis - Energi terbarukan bukanlah energi alternatif, melainkan jawaban dari kerisauan kedepannya

SEO Expert bidang Energi Terbarukan 2022 Kegiatan sehari-hariku masuk keluar wilayah 3T mendampingi wilayah-wilayah yang belum tersentuh listrik PLN samasekali. Salam kenal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Robot Penghibur #4

12 Oktober 2022   09:33 Diperbarui: 12 Oktober 2022   14:15 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freepict, mengapa dana desa sering dikorupsi?

Dari hari ke hari, warga masyarakat semakin dekat dan menaruh percaya kepadaku. Sampai suatu ketika kegiatan mulai bertambah, bukan hanya kegiatan mengikuti kebiasaan mereka akan tetapi mulai diminta warga kampung untuk didampingi bagaimana cara memakai internet, belajar bahasa Inggris untuk anak-anak, pengolahan pangan untuk ibu-ibu, dan termasuk kerajinan tangan, sampai pada pengoperasian komputer.


Tak sepeserpun aku dibiarkan mengeluarkan uang pribadiku selama melakukan kegiatan yang mereka minta. Kecuali aku sendiri yang mau membawa bahan-bahan tambahan untuk memperlancar proses pelatihan. "Beginilah kalau sudah mendapatkan kepercayaan, berbeda 1800 dari ketika aku pertama kali masuk ke kampung ini, semua serba duit," senyumku diam-diam. "Apalagi kalau yang kulakukan adalah apa yang mereka butuhkan, sekuat tenaga dan sepenuh waktu mereka curahkan untukku."


Namun, entah mengapa sesekali rasa ingin tahuku yang terpendam sering sekali muncul tetiba. "Miris, dana ada miliaran rupiah setiap tahun. Peralatan yang dibutuhkan ada. Kemauan masyarakat ada, potensi lokal ada, sumber daya manusia juga ada yang bisa mereka tanyakan, yakni guru-guru yang bertugas di kampung ini. Tapi kenapa baru sekarang mereka minta?" Bayang-bayang liar itu selalu melintas di kepalaku. Sesekali aku menyuruh pikiranku sendiri untuk diam dan pergi, seperti orang gila, haha. Iya, kegilaan yang terpampang nyata di hadapanku membuatku segila ini.


"Oke Mam. Mulai besok kita akan lakukan perlahan-lahan permintaan dan harapan warga kampung. Pertanyaannya, di mana kita akan jadikan tempat untuk titik kumpul?" tanyaku pada pak Guntur yang ternyata sebagai Ketua Karang Taruna di atas kertas. Bahkan dirinya tidak pernah tahu kalau namanya adalah orang nomor satu di Lembaga Karang Taruna di kampung tersebut, sebelum akhirnya kami masuk ke kantor kepala Kampung.


Awalnya kepala Kampung berat memberikan kami akses untuk masuk ke kantor tersebut. Namun, karena desakan pemuda dan warga kampung, tidak ada pilihan lain di tambah tidak ada tempat lain yang sesuai selain kantor Kepala Kampung, akhirnya beliau mengijinkan untuk memakai Kantor sebagai tempat berkumpul dan melakukan kegiatan-kegiatan masyarakat yang mereka minta untuk kudampingi.


Ternyata benar, kantor ini ada akses internetnya. Kuperhatikan dengan seksama, sumber listriknya dari matahari, signalnya dari satelit yang ditangkap parabola yang ada tepat di depan kantor.


"Ini baru pertama kali kita masuk ke ruangan ini sejak didirikannya, ternyata seperti ini isinya," ujar salah seorang pemuda dengan bahasa daerah sembari tertawa dan penasaran. Karena aku tidak mengerti, maka kutanya dengan pak Guntur artinya. Dan kira-kira seperti itulah maskudnya.


"Baik Mam dan Nek, panggilan hormat untuk ibu, ijinkan saya menyampaikan beberapa rencana. Setelah kita kurang lebih sejam di ruangan ini. Sama-sama kita lihat kondisinya dan menurut saya tidak masalah di sinilah menjadi tempat kita berkumpul melakukan kegiatan bersama-sama kedepannya ya. Disitu sudah disediakan ruangan beserta beberapa laptop, di sisi kanan yang ada pintu keluarnya menjadi tempat kita masak-memasak skala kecil. Dan satu lagi di bagian itu, kutunjuk dengan jemariku, tempat mengendalikan internet. Nah, yang paling pertama saya akan perkenalkan internet sekaligus komputer," terangku panjang lebar untuk memulai kegiatan.

Bersambung... (Di balik robot penghibur #5)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun