Mohon tunggu...
Richard Atmoharjono
Richard Atmoharjono Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Universitas Siber Asia

Mahasiswa Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Badendang Rotang, Tradisi Tahun Baru di Maluku

9 Februari 2023   09:47 Diperbarui: 13 Februari 2023   10:26 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Kemdikbud.go.id

Selain upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian, terdapat berbagai tradisi dari Sabang sampai Merauke dengan karakteristik yang berbeda-beda. Salah satu tradisi menyambut tahun baru di Maluku yaitu badendang rotang. Acara adat ini merupakan kegiatan cagar budaya yang terus berlangsung setiap tahunnya. Badendang Rotang sendiri merupakan gabungan dari dua acara yaitu "Tradisi Badendang" dan "Tradisi Hela Rotan".Apa itu tradisi Badendang?Malam Badendang, yang berarti malam bergoyang, adalah tradisi menyanyi dan menari tradisional Maluku bersama keluarga dan kerabat, biasanya dimulai setelah jam 12 malam dan berlanjut hingga malam hari. Tradisi ini merupakan sarana penyatuan keluarga dan juga menciptakan ikatan yang erat dalam kehidupan sosial.

Apa itu tradisi Hela Rotan?

Menurut situs Dirjen Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Ristek, sejarah rotan tidak terlepas dari sejarah asal-usul Negeri Aboru. Tradisi Hela Rotan di Negeri Aboru bertujuan untuk mempersatukan masyarakat dari 4 suku yaitu Petuanan Latu Sinai di Negeri Aboru, Petuanan Latuconsina di Negeri Pelauw, Petuanan Latu Marawakan di Negeri Oma dan Petuanan Latu Surinai di Negeri Rohomoni.

Oleh karena itu, tradisi ini merupakan bentuk persatuan masyarakat. Tradisi ini adalah nilai yang harus   dipertahankan   oleh   masyarakat   adat   untuk   menjaga dan   memperkuat   hubungan persaudaraan. 

Tidak ada aturan wajib untuk mengikuti tradisi ini. Namun, dibutuhkan partisipasi seluruh warga dalam pembuatan alat dan bahan rotan. Uniknya, dalam pembuatannya, walaupun tidak ada kewajiban, seluruh anak cucu, laki-laki, perempuan, tua dan muda berpastisipasi untuk membantu.

Seperti namanya, bahan atau properti utama tradisi ini adalah rotan sebanyak 500 urat atau utas sepanjang 300 meter. Rotan tersebut akan dibagi menjadi 2 bagian yang masing-masing dihubungkan dengan 16 utas. Bagian pertama 4 helai terdiri dari 16 rotan, lalu bagian kedua 5 helai yang di coating/anyaman. Dari panjang 300 meter akan ditempatkan sepotong kayu besar pada bagian tengah yang membagi rotan menjadi dua bagian panjang. 

Menurut catatan sejarah masyarakat, tidak ada pemaknaan pada ikatan-ikatan tersebut. Namun sebagian masyarakat berasumsi bahwa dalam 1 liliran utas melambangkan 4 petuanan besar yang pertama di pulau Haruku yang jika digabung dengan 5 utas menjadi 9 (sembilan) utas yang jika dicermati merupakan rumpun negeri adat tersebut yaitu pata siwa.

Setelah rotan selesai dianyam/pelating maka rotan diletakan di tengah jalan utama daerah setempat. Setelah waktu waktu ditentukan, maka masyarakat mulai berdatangan berbondong- bondong. Biasanya yang melakukan tarik menarik adalah semua warga masyarakat dari tiap kalangan manapun yang hadir pada saat itu. 

Ada dua kelompok kiri dan kanan yang masing masing memiliki  jumlah  sama besar  sehingga kekuatan  untuk  tarik  menarik  dapat seimbang.  Tarik menarik bisa berlangsung pagi hingga malam. Disini ada adu kekuatan dalam menarik rotan. Harga diri dan kekompakan dipertaruhkan dalam tarik menarik memindahkan batas/pakal kayu yang disediakan.

kemudian, keesokan harinya terdapat rentetan acara makan bersama/patita yang dilakukan setelah sehari penuh melakukan tradisi ini. Makan bersama atau patita melambangkan keterikatan persaudaraan dalam sebuah meja makan panjang yang sederhana beralaskan daun kelapa. Makan yang disajikan adalah makanan tradisional masyarakat aboru yang disajikan pada acara-acara tertentu yang tak lepas dari makanan pokok setiap hari. Setelah makan patita selesai dilakukan, akan  terdengar  aba-aba berkumpul untuk  mengarak  rotan  ke laut.  

Hal itu  merupakan  suatu pantangan jika sisa rotan tidak boleh ada di dalam negeri tersebut dan harus diarak ke laut. Terdapat keyakinan bahwa sisa-sisa rotan yang berada akan mendatangkan sakit penyakit bagi masyarakatnya. Rotan yang diarak tidak boleh mengenai tanah. Rotan akan diarak menuju pantai dan akan di arungi atau ditenggelamkan ke laut. Batu batu akan diikat guna menenggelamkan rotan ke dasar laut. Biasanya akan di bawah ke labuan negeri Aboru untuk ditenggelamkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun