Mohon tunggu...
Sosbud

Menerka Kesetaraan Gender Masa Mendatang

15 Maret 2019   08:46 Diperbarui: 15 Maret 2019   12:36 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menerka Gender di Masa Depan

Dalam suatu kelas mata kuliah, saya cukup terkejut ketika mendengar statement dosen yang berkata di waktu mendatang tidak akan mengherankan kalau laki-laki yang mengurus dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Yang paling membuat menjadi risih telinga saat itu ketika beliau mengatakan, waktu mendatang wanita bisa menolak untuk menambah anak terhadap laki-laki.

Saya bingung sesaat. Tapi saya rimang-rimangi perkataan dosen saat itu. Setelahnya saya berpikir bahwa ada benarnya apa yang dikatakan dosen tersebut, terlebih realitanya sekarang yang terjadi memang kesetaraan gender memang sedang digencarkan di dunia, termasuk Indonesia.

Perlu diketahui kesetaraan gender merupakan upaya yang diusahakan oleh kaum feminis demi kesetaraan gender di ruang fasilitas dan pelayanan publik.
Yang jadi menurut pendapat saya, kaum feminis tidak semata-mata perempuan. Laki-laki pun bisa termasuk kaum feminis yang juga memperjuangkan kesetaraan gender ini. Kaum feminis pun banyak jenisnya, bahkan kaum feminis radikal menginginkan kesetaraan gender sampai di ruang privat seperti keluarga.

Banyak hal yang menjadi bahan pembahasan yang diinginkan oleh kesetaraan gender.
Contohnya ingin menyamakan peluang kerja di ruang publik, dan fasilitas pekerjaan. Banyak pekerjaan yang sebenarnya bisa dipekerjakan oleh perempuan. Tetapi karena streotype masyarakat. Belum lagi ketika ada pemutusan hubungan kerja, kaum perempuan seringkali dirugikan karena kaum perempuan yang di phk duluan. Peluang kerja yang dimiliki perempuan pun cenderung lebih sedikit untuk perempuan.  Namun, beberapa pekerjaan yang "katanya" bidang perempuan contohnya bidan, koki, perawat dan sebagainya justru laki-laki pun bekerja disitu juga.

Keseteraan gender mungkin identik dengan perjuangan untuk perempuan, tetapi realitanya kesetaraan gender tidak semata-mata  untuk perempuan saja. Kesetaraan gender  diupayakan oleh kaum feminis untuk memangkas hak-hak yang selama ini bisa dinikmati oleh pria supaya bisa juga debrikan haknya terhadap perempuan. Jadi pada realitanya laki-laki menjadi dirugikan dalam hal pengupayaan kesetaraan gender.

Kemudian berbicara mengenai kesetaraan gender apakah sama dengan keadilan gender? Menurut saya memiliki arti yang berbeda tetapi memiliki makna yang hampir mirip. Ketika berbicara keadilan gender berarti ketika laki-laki dan perempuan sama-sama bekerja sebagai kuli angkut misalnya, ketika laki-laki diberikan  beban angkut 10kg tiap pengangkatan, berarti perempuan pun diberikan beban angkut 10kg juga. Itu sudah cukup adil ketika memaknai keadilan gender. 

Kemudian berbicara kesetaraan gender, ketika selama ini hal menangis itu hanya lazim dilakukan oleh perempuan, berarti jika bicara kesetaraan gender, pria seharusnya bukan menjadi hal yang tabu juga ketika menangis didepan umum.

Agar tidak terjadi bias gender yang terus menerus, kesetaraan gender bisa diatasi dengan adanya konsensus-konsensus. Karena gender sendiri pun dipengaruhi oleh kodrat, walaupun itu bukan faktor penentu. Belum lagi gender juga dipengaruhi oleh budaya dan ajaran agama. Sudah baik apabila kaum feminis memperjuangkan haknya di ruang publik. Tetapi konsensus-konsensus lah yang mungkin menjadi solusi, yang mana mungkin bisa jadi menciptakan streotype baru di masyarakat.  

Menerka bagaimana kesetaraan gender dimasa depan tidak terlepas dari negara. Yang juga berarti  harus dikaitkan juga dengan bagaimana paham negara tersebut. Di negara demokratis maupun liberal, kesetaraan gender mungkin bisa berkembang, karena kebebasan dan hak individu ditekankan di negara-negara tersebut, contohnhya saja di Indonesia yang sudah ada beberapa peraturan yang sekarang tidak lagi merugikan perempuan. Seperti undang-undang perlindungan perempuan. 

Di amerika perempuan juga diberikan hak-hak nya. Tetapii mungkin berbeda dengan negara Marxis, karena hal ini justru tidak penting untuk dibahas karena negara Marxis lebih menginginkan kesejahteraan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun