Jangan kapok berbuat baik. Dunia ini begitu banyak menawarkan kesempatan dan membuka peluang buat kita agar berbuat baik. Saking banyaknya, kadang orang sampai nggak sadar kalau ia sebenarnya sedang melakukan kebaikan. Lalu, merasa dirinya belum berbuat baik.
Wah, orang yang demikian sebenarnya sosok yang patut dicontoh. Orang begini ini yang sebenarnya orang baik tulen. Kenapa? Karena ia telah menerapkan kerendahan hati. Tidak mentang-mentang merasa sudah berbuat baik lantas berbangga diri.
Bahkan, tidak jarang orang yang begini ini merasa malu kalau namanya disebut-sebut dalam deretan nama orang baik. Saya suka dengan sikap yang begini ini! Setidaknya, membuat saya merasa punya sosok yang memotivasi saya untuk ikutan cara dia berbuat baik.
Salah satu perbuatan baik yang kerap saya lihat adalah kesungguhan teman-teman mahasiswa dalam menjalankan berbagai aktivitas yang positif. Ya, seperti yang kerap saya temui kawan-kawan mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur nama populernya) Pekalongan. Mereka selalu saja hadir dalam berbagai agenda di Kota Pekalongan dan sekitarnya.
Mereka dengan sungguh-sungguh membuat semacam liputan untuk media yang mereka kelola. Walau mungkin sebenarnya tidak ada penugasan dari dosen atau pihak kampus. Murni, mereka menjalankan tugas dan fungsi mereka sebagai jurnalis kampus.
Uniknya, mereka sampai tak peduli waktu. Mau itu agenda digelar pagi, siang, sore, sampai malam pun tetap mereka hadiri dan nungguin sampai acara kelar. Usaha mereka benar-benar total. Sampai-sampai, di akhir acara mereka akan mengejar sejumlah orang untuk diwawancarai.
Eit! Anda pasti akan mengatakan, "Itu kan memang tugas seorang jurnalis!". Yup! Memang, itu tugas mereka sebagai seorang yang masih berproses belajar untuk menjadi jurnalis. Tapi, kalau mereka tak sepenuh hati menjalankan tugas itu, saya yakin mereka tidak akan menunggui acara itu sampai selesai.
Bayangkan saja, satu agenda bisa saja membutuhkan waktu dua hingga empat jam lamanya. Apalagi agendanya berupa diskusi. Wah, kalau nggak benar-benar sepenuh hati, pasti sudah bosan dan buru-buru ingin meninggalkan tempat acara.
Tidak bisa dimungkiri, beberapa kawan jurnalis hanya akan memburu prosesi pembukaan acara. Merekam pidato pejabat, lalu begitu acara pembuka usai mereka akan memburu pejabat itu untuk ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan. Sementara acara inti kerap ditinggalkan. Walhasil, berita yang muncul seremonialnya doang.
Saya maklum, mungkin beberapa kawan ini punya target. Atau bisa jadi sedang main kejar-kejaran pula dengan agenda-agenda lain. Sehingga, mereka buru-buru meninggalkan acara. Walau, sangat mungkin mereka juga sebenarnya agak berat hati meninggalkan agenda intinya.