Mohon tunggu...
Ria Wastiani
Ria Wastiani Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Disiplinnya Indonesia

4 Maret 2015   20:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:10 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari diskusi singkat dimana profesor muda ini akan menjelaskan teorinya mengenai “Disiplinnya Indonesia”. Menurutnya hal yang menjadi penghambat bagi Indonesia untuk maju yaitu budaya disiplin. Disiplin merupakan hal yang mendasar dalam kehidupan namun bermakna banyak dalam pelaksanaannya. Disiplin menurutnya adalah menggunakan waktu dengan efektif dan efisien. Tiap individu akan berhasil dan sukses jika dibiasakan untuk disiplin. Disiplin seringkali dianggap kaku, menyusahkan, serta dianggap kuno. Sedangkan menurutnya disiplin adalah sebuah langkah awal untuk memanage diri sendiri. Pemimpin yang hebat bukan terlahir hanya dari ide-idenya yang luar biasa melainkan dia yang bisa mengalahkan kelemahan dan kemalasan yang ada dalam dirinya. Menurutnya “kemenangan yang utama dan terbaik adalah dengan menaklukan dirimu sendiri”. “The first and the best victory is to conquer self” - Plato Menurutnya, disiplin dibagi menjadi tiga era yang memungkinkan tiap eranya mengalami perkembangan. Merunut dari segi sejarah, disiplin sangat digunakan pada jaman kemerdekaan. “Indonesia tidak akan lahir tanpa adanya disiplin”, Indonesia akan tetap dijajah jika pahlawan tidak disiplin dalam memperjuangkan kemerdekaan”. Para pahlawan yang terdiri dari pemimpin golongan muda dan golongan tua berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dengan menguatkan disiplin dalam dirinya. Dengan kedisiplinan maka kemerdekaan dapat diraih. Disiplin dapat berarti fokus pada tujuan. Dengan disiplin yang kuat maka kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terwujud. Keragaman budaya, bahasa, adat istiadat, serta persebaran wilayah Indonesia yang memungkinkan terbentuknya kesatuan demi kemerdekaan Indonesia dengan dilandasi disiplin yang kuat. Pada masa sekarang ini, Indonesia berada dalam kondisi tenang. Masayarakat Indonesia seolah-olah berada dalam zona nyaman yang bisa meruntuhkan budaya disiplin yang menjadi budaya bangsa. Rakyat cenderung individualistis dan berbeda dengaan saat jaman kemerdekaan dimana tiap individu bersatu demi kesatuan bangsa. Generasi yang individualistis hanya merasa senang secara individu dan tidak mementingkan lingkungan sekitar. Menurutnya “titik nyaman tidak akan membuat kita bahagia, tekadang kita harus keluar dari titik nyaman untuk mencari kebahagiaan”. Sama seperti saat jaman kemerdekaan, seluruh bangsa Indonesia bersatu untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Kemerdekaan sesungguhnya untuk menjadi satu bangsa yang utuh. Menurutnya “kebahagiaan tidak akan didapat hanya dengan senang sendiri (gila), namun hanya bisa tercapai dengan kebersamaan, dan saling menghibur satu sama lain”. Maka setiap individu harus disiplin dalam membagi waktu untuk kebersamaan dengan orang lain serta waktu untuk dirinya sendiri. Masa depan Indonesia tergantung pada generasi muda yang akan membangun bangsa. Jika tiap individu sudah mulai lupa untuk disiplin maka kondisi berbangsa dan bernegara menjadi semakin individualistis. Sikap individualistis akan merusak moral bangsa, karena semakin individual seseorang maka akan konsumtif individu tersebut. Semakin individualistis maka tiap-tiap individu semakin tidak merasa peduli terhadap orang lain terutama nasib bangsa kedepannya. Jika individu memilih untuk tidak disiplin maka akan terbawa arus globalisasi dan perubahan sosial budaya tanpa pilih-pilih. Menurutnya “maka dari itu kita harus disiplin untuk memiliki pegangan agar tidak terikut arus perubahan sosial budaya yang buruk”. Nasib bangsa ada di tangan kita, bukan hanya di tangan segelintir orang dan nasib bangsa tergantung dari kedisiplinan kita masing-masing. Pilihannya ada pada individu itu sendiri. Apakah dia memilih untuk disiplin atau tidak. Jika individu memilih untuk disiplin maka akan tercipta kemandirian individu. Jika individu tidak disiplin maka individu tersebut tidak akan mandiri. Individu yang lain pun tidak akan melihat kita menjadi sosok positif yang dapat dijadikan panutan. Manfaat dari disiplin itu sendiri menurutnya yaitu tiap individu semakin mandiri. Jika individu semakin mandiri maka ia akan fokus terhadap tujuan. Individu yang mandiri tidak berfokus pada tujuannya sendiri melainkan tujuan yang lebih besar yaitu pada kemaslahatan rakyat Indonesia. Yang artinya ini akan berpengaruh besar bagi kemajuan bangsa. Indonesia jaya. Manfaat lainnya secara tidak langsung yaitu akan tertanam jiwa nasionalisme, secara langsung akan dihargai oleh orang lain. Menurutnya “nasionalisme tidak harus dilakukan dengan berjihad, kita dapat memulainya dengan disiplin belajar, dan menghargai jasa para pahlawan”. Manfaat bersama yang dapat diraih yaitu “disiplin adalah jalan menuju kesuksesan bersama, adalah pintu menuju kekompakan tim”. Dengan disiplin apapun menjadi mungkin. “With self discipline most anything is possible” – Theodore Rosevelt Dengan kekompakan tim, maka akan memunculkan manfaat lain dari disiplin, yaitu akan menjadikan suatu rencana menjadi sukses bila kita melaksanakannya dengan kedisiplinan. Hal ini pun dapat digunakan dalam berorganisasi. Jika dalam berorganisasi tidak ada kedisiplinan maka tidak akan berhasil visi dan misi organisasi tersebut. Menurutnya “jika sebuah tim atau organisasi ingin kompak maka harus menghilangkan keegoisan dan harus menumbuhkan rasa disiplin, karena dalam melaksanakannya pun kita akan menumbukan rasa saling menghargai”. Seorang siswa yang memiliki keinginan untuk mendapatkan nilai tinggi, maka harus belajar dengan disiplin. Lantas, bagaimana cara menerapkan budaya disiplin. Disebutkan disiplin bukanlah lagi merupakan suatu keharusan. Melainkan suatu hal yang perlu dibudayakan terus menerus. Disiplin perlu dilatih, diantaranya dengan berlatih: tepat waktu untuk belajar (memanage waktu), belajar memahami diri sendiri, belajar memahami suasana (adaptasi), selalu berpikir positif dan mengambil hikmah, serta yang terpenting menurutnya yaitu membiasakaan diri untuk disiplin. Jika mencari ilmu yang mudah namun sulit penerapannya jangan pelajari matematika, pelajarilah kedisiplinan. Jangan menjadikan suatu yang sulit menjadi rumit, tapi jadikan suatu yang sulit menjadi sederhana. Kita dapat menjadikan kedisiplinan menjadi suatu yang sederhana. “seorang pemimpin tidak mencari panutan, melainkan dialah yang harus menjadi panutan” – M. Fachri Shandika Iman (Young Professor, Brave Leader)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun