Siapa yang hidup melihat, tetapi yang bepergian melihat lebih banyak." Â (Ibnu Batuta)
Berpergian. Melakukan perjalanan dari suatu wilayah ke wilayah, dari satu negara ke suatu negara, sejatinya bukanlah sekedar mampu melihat dunia dari sisi yang berbeda. Namun, juga proses mengenali diri sendiri dan kemudian berujung syukur pada Illahi.
Kebesaran nama Ibnu Batutah sebagai penjelajah Muslim terbesar di dunia asal Maroko tidak perlu disangsikan. Kisah perjalanannya pada abad pertengahan tidak akan  pernah tergantikan sepanjang masa. Â
Dituangkan dalam sebuah buku berjudul Rihlah (Perjalanan), buku ini menjadi salah satu catatan perjalanan paling menarik. Isinya menggambarkan kehidupan orang-orang, tempat, dan budaya yang Ibnu Batutah temui selama pengembaraannya.
Lelaki ini tahu lebih banyak daripada orang lain mengenai kehidupan orang, tempat dan budaya di berbagai belahan dunia. Nyaris semua negara Islam pernah dikunjunginya, selain sejumlah negara lainnya. Tercatat, setidaknya 44 negara dengan120. 000 KM.
Salah satunya adalah singgah ke Indonesia, yakni pada masa Kesultanan Samudera Pasai.
Dalam buku Ibnu Batutah : Sang Penjelajah terbitan PT Luxima yang kubaca, Â Ibnu Batutah pernah bermimpi dibawa terbang oleh seekor burung besar dan ditinggalkan di negeri timur.Â
Padahall, saat itu perjalanan Ibnu Batutah masih menggunakan jalur laut dan darat.
 Andaikata Ibnu Batutah hidup zaman sekarang, tentu perjalanannya akan lebih jauh lagi. Pesawat terbang akan membawanya menjelajah lebih banyak negara-negara di dunia.
Terlebih, saat ini sudah ada maskapai penerbangan terbaik di dunia, yakni Qatar Airways yang siap terbang mengantarkan untuk melakukan perjalanan demi perjalanan.
Ya, seakan dunia sudah menunggu, waktunya terbang lebih jauh. Sambil memejamkan mata, Â visualisasi membayang dan pikiran menjelajah ke berbagai negara, melintas dunia bersama Qatar Airways.