Ramadan datang, jumlah sampah meningkat. Selama bulan puasa, konsumsi makanan selalu pasti bertambah. Diet sampah saat ramadan diperlukan untuk menjaga lingkungan.
Pandangan mata menangkap berbagai jenis gorengan dan aneka kue basah yang disusun rapi berjajar. Menarik, ada berbagai bentuk dan warna kue.
"Dipilih saja, dipilih. Ambil sendiri yang mau dibeli. Sepuluh ribu,Bert," ucap lelaki penjualnya, sambil membagi-bagikan kantung plastik warna putih kepada siapapun yang berdiri di depan dagangannya.
Beberapa orang segera memasukkan  sejumlah kue dan gorengan dalam kantung plastik.
Bertanya harga, membayar, dan kantung plastik berisi aneka jajanan bisa dibawa.Â
Setelah itu berpindah pada beberapa penjual yang lainnya yang ada di pasar takjil untuk membeli makanan lain dan minuman untuk berbuka puasa.
Dari setiap penjual, maka akan mendapatkan sebuah plastik baru berisi makanan. Wajah-wajah pemburu takjil tampak bahagia mendapatkan makanan/minuman takjil untuk berbuka puasa.
Tangan-tangan pembeli biasanya menenteng sejumlah plastik. Kalau membeli takjil di empat penjual, minimal jumlah empat plastik yang akan  didapatkan. Belum lagi, jumlah kemasan makanan dan minuman, tergantung jumlah makanan dan minuman yang dibeli.
Pemandangan dari sebuah pasar takjil yang biasa ditemui. Dari tahun ke tahun. Plastik dan kemasan sekali pakai masih jadi primadona karena praktis.
Padahal di sisi lain, jumlah timbulan sampah plastik  meningkat. Makanan-makanan sisa juga menjadi penyumbang banyaknya sampah saat ramadan.
Maka tak heran, setiap ramadan, selalu saja pemberitaan mengenai timbulan sampah yang meningkat selalu muncul. Baik dari media eletronik, media internet, media cetak, maupun media siar.