Mohon tunggu...
Riant Nugroho
Riant Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Spesialis Kebijakan Publik, Administrasi Negara, dan Manajemen Strategis

Ketua Institute for Policy Reform (Rumah Reformasi Kebijakan)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Butuh Salesman Kebijakan Publik, Bukan Pemburu

21 Januari 2020   21:18 Diperbarui: 21 Januari 2020   21:36 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

*DISCLAIMER: ARTIKEL INI SUDAH DIMUAT DI CNNINDONESIA.COM

Sepulang dari kunjungan luar negeri, pada sidang kabinet paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (9/9) pagi Joko Widodo memberikan pesan kepresidenan tentang betapa kompetisi antar negara sangat sengit.

Betapa nanti pertarungan antar negara dalam hal perebutan kue ekonomi, baik berupa investasi, baik berupa arus uang masuk, arus modal masuk itu, sangat sengit, sangat sengit sekali. Ini adalah sebuah direktif yang harus direspon dalam suatu kebijakan.

Permasalahannya, bagaimana dengan direktif yang kurang berhasil sebelumnya: paket deregulasi dan tax amnsety? Ada perspektif di sektor bisnis yang menarik dipelajari: salesmanship.

Kisah Penjual

Sharon Drew Morgen dalam Dirty Little Secret (2013) dengan baik menjelaskan mengapa pembeli tidak dapat membeli dan penjual tidak dapat menjual. Wanita yang menjadi salah satu praktisi penjualan --bukan konsultan, tetapi penjual!---terbaik Amerika ini mengatakan dengan frontal bahwa kebanyakan penjual berfikir dan bekata bahwa pembeli itu bodoh, dan berfikir dan berkata bahwa mereka penjual adalah orang-orang cerdas.

Padahal yang dilakukan pembeli adalah mereka membuat keputusan yang tidak sesuai dengan keinginan penjual. Mereka adalah pembeli yang membuat keputusan dengan kriteria-kriteria yang tidak dikehendakinya, tidak dikenalnya.

Sementara, penjual menjadi orang bodoh karena menghabiskan waktu dengan berharap dan kemudian menjadi korban keadaan. Penjual menjadi bodoh karena tidak membantu pembeli melakukan pembelian.

Pertanyaan kita para pengajar, pembelajar, dan praktisi kebijakan publik adalah pernahkah kita belajar menjadi penjual yang baik terhadap kebijakan-kebijakan publik? Bahkan, lebih tinggi lagi, pernahkah kita menjadi pemasar yang baik terhadap kebijakan-kebijakan publik?

Pengalaman saya dan pengalaman sejumlah praktisi bisnis, menjual lebih sulit daripada memasarkan.

"Pikiran saya hanya bertarung, bertarung, dan bertarung sampai lawan kalah, atau kita yang kalah dan saya dipecat dari perusahaan, sementara kepala pemasaran tidak pernah mau tahu mengapa produk kita tidak dibeli," kata Andi, seorang kawan, salesman, penjual yang tangguh menceritakan masa lalunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun