Menurut saya, apa yang telah di ajarkan oleh guru sosiologi di setiap sekolah yang ada di NTB sangat kurang maksimal, telah terjadi kesalahan Dunia Pendidikan sosiologi di NTB dikarenakan seorang guru yang sebagian besar nya itu bukanlah dari guru pendidikan sosiologi asli melainkan seorang guru yang dari berbagai jurusan lain seperti dari guru Bahasa Indonesia, PPKn, dan lan-lan . saya tidak menyatakan guru sosiologi di NTB itu jelek. Tetapi, tindak lanjut dari pemerintah NTB oleh seorang guru Sosiologi ‘’kurang Produktif’’ ambil contoh saja, soal kinerja nya di dalam kelas seorang kurang melakukan eksplorasi sumber belajar, sehingga membiarkan kesempatan mengajar guru dari bidang yang lain mengajar sosiologi di NTB, yang sebenar nya itu adalah pemerintah perlu mengintervensi guru sosiologi untuk mengajarkan sistem mengajar guru yang asli sosiologi. Lebih parah lagi, pemerintah kurang sigap bagaimana guru sosiologi itu di ajarkan ke sekolah-seluruh NTB itu. Sehingga yang terjadi adalah kekacauan dalam menanti ‘’Seorang Guru sosiologi’’ itu.
Kedua, banyak tentang guru sosiologi yang ujung-ujung nya justru siswa mendapatkan kurang maksimal dalam pengetahuan nya di karenakan guru yang bukan di latih jadi guru sosiologi. Sementara kebanyakan diklat yang ada lebih sering sekedar menghabiskan dana untuk ‘’ gaji guru mahal bukan keahliannya dalam mengajar ’’ ketimbang implementasi sesungguhnya ketika guru berada di dalam kelas. Padahal jika kita mengkaji guru lebih mendalam, apakah ia mampu mengajarkan kurikulum yang bukan dari sebelum nya kurikulum itu.? Menurut saya sebaik apa pun cara ngajar gurunya, maka garapan yang mendasar adalah langkah kerja guru di dalam kelas seharian. Selama guru sosiologi bisa dalam saat mengajar  maka itu tidak akan ada dampak perubahan sebaik apapun kenerja nya.