Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Emakku adalah Pahlawanku

6 Desember 2020   17:37 Diperbarui: 6 Desember 2020   17:58 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emakku adalah Pahlawanku

Oleh: Riami

Setiap jengkal langkah emak adalah perjuangan. Mulai kapan emak berjuang? Sejak aku berdiam di rahimnya.

Emak, menurut nenek memang wanita yang rajin sejak muda. Dulu ketika belum menikah emak bekerja di pabrik rokok. Kalau berangkat kerja emak jalan kaki. Setelah subuh emak sudah berangkat.

Begitulah emak sampai beliau menjadi emakku, tidak hanya kasih sayang dan doa yang tak putus untuk anaknya. Tetapi perjuangannya luar biasa untuk menjadikan anak anaknya bisa bersekolah seperti layaknya anak anak yang lain.

Aku masih ingat, dulu aku tahu ketika emak hamil adikku, emak tak pernah kelihatan malas. Emak kalahkan semua rasa malas untuk-anak anaknya.

Dengan perut yang kian besar emak tetap berjualan. Dengan membawa dagangan di kepala istilah orang Jawa _disuwun,_ emak keliling kampung.

Emak tidak lulus Sekolah Dasar, bapakku masih lulus. Tapi untuk tauladan belajar dan bekerja emak luar biasa. Beliau selalu hadir di majlis taklim. Meski siangnya bekerja keras. Dari emak aku belajar selalu bangun pagi dan bekerja. Emak pantang mengeluh, dan tak suka jika anaknya mengeluh.

Begitulah suatu hari ketika saya masih SD, rumah kami dari kayu dapur dindingnya bambu. Emak selalu bangun lebih awal dari siapa saja di rumah. Menyiapkan masakan. Sesederhana apa pun kata emak anak harus dimasakkan. Pesan inilah yang masih menancap hingga kini. Kata emak masak sendiri itu bersih, mengandung doa juga hasilnya banyak sehingga cukup untuk seharian.

Masih ingat kalau pas puasa ramadhan, emak bangun jam dua malam, masak nasi, lauk karena Bapak dan semua anak-anak semangat untuk makan saur bila nasinya hangat. Karena dulu belum ada penghangat nasi seperti sekarang jadi emak bangun lebih awal kemudian masak. Setelah makan saur emak berangkat ke pasar. Solat subuh di mushola pasar. Emak, meski puasa tetap bekerja kelilingkan dagangan jalan kaki.

Emak yang konsisten memakai Jarit dan kebaya ini, waktu aku pamiti mau sekolah guru sangat mendukung. Semangatnya luar biasa. Kalau waktunya bayar sekolah kembali ke pasar bisa tiga kali. Ada birunya otot emak dalam ijazahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun