Mohon tunggu...
Nalar Keropos
Nalar Keropos Mohon Tunggu... Penulis - Dianggap Introvert tapi sering merasa Ekstrovert

Suci yang tidak bersih adalah kertas tanpa coretan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Terorisme, Ancaman yang Serius bagi NKRI

1 Maret 2020   11:12 Diperbarui: 1 Maret 2020   11:13 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Indonesia adalah salah satu negara yang ada di Asia Tenggara dan di antarai oleh dua Benua dan dua Samudera. Dua Benua itu adalah Benua Asia dan Australia, sementara dua Samudera yang dimaksud adalah Samudera Pasifik dan Hindia. Selain itu, Indonesia juga merupakan satu-satunya negara kepulauan terbesar yang ada di dunia dengan 17.504 pulau. Wow, sungguh mencengangkan bukan. Sehingga tidak mengherankan jika Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki populasi penduduk terbesar keempat di dunia yang lebih dari 230 juta jiwa.

Dengan jumlah populasi penduduk yang sebanyak itu, tak heran bila negara yang juga dijuluki sebagai negeri seribu pulau tersebut selain kaya akan sumber daya alam, juga kaya akan bahasa, adat istiadat, dan budaya yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Demikian pula halnya dengan agama, Indonesia juga dikarunia oleh beberapa agama yang ada. Di antaranya adalah agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan kong Hu Cu.

Dan di antara dari enam agama tersebut, Islam adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia. Hal itupun kemudian berimbas pada banyaknya lembaga-lembaga sosial yang berbau Islam bertebaran di mana-mana. Mulai dari Lembaga Amil Zakat (LAZ), seperti Rumah Zakat misalnya yang memfasilitasi masyarakat Indonesia bagi yang ingin menyumbangkan zakat, kemudian Perbankan Syariah atau yang biasa juga disebut dengan Perbankan Islam yang pelaksanaannya berdasarkan pada aturan-aturan Islam, hingga sampai kepada lembaga pendidikan, baik sekolah umum maupun agama sebagian besarnya memuat tentang pendidikan agama Islam.

Melihat hebatnya kemajemukan masyarakat Indonesia, banyak dari para tokoh dunia yang kemudian tak menduga akan terwujudnya kerukunan dan toleransi di antara mereka. Bahkan sudah berpuluh-puluh tahun lamanya Indonesia membuktikan kepada dunia bahwa perbedaan dan keragaman bukanlah penghalang untuk terwujudnya toleransi. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Bung Karno dalam kutipan pidatonya "Apa salahnya ada perbedaan asal ada persatuan dalam cita-cita".  

Namun sayangnya, beberapa tahun belakangan ini sikap cinta akan teloransi yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya mengakar kuat dalam jiwa masyarakat Indonesia itu nampaknya mulai sedikit mengalami gangguan yang disebabkan oleh hadirnya beberapa kelompok yang anti terhadap keberagaman yang ada di Indonesia khususnya dalam ruang lingkup keagamaan. Parahnya, mereka adalah orang-orang yang mengklaim diri mereka sebagai ummat Islam.

Mereka mengusulkan bahwa Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam harus bersandarkan pada undang-undang yang sesuai dengan hukum-hukum Islam. Dan asas daripada kelompok ini adalah Khilafah, yaitu sistem kepemimpinan universal bagi seluruh kaum muslim di dunia dengan menegakkan hukum-hukum Islam untuk kemudian disebar luaskan ke penjuru dunia. Pendeknya, mereka menginginkan agar Indonesia bisa menjadi negara yang berbasis Islam.

Akibat dari kehadiran kelompok ini, terjadilah aksi-aksi pemberontakan di mana-mana sebagai bentuk penolakan mereka terhadap keyakinan-keyakinan yang berbeda dengan mereka. Mereka merusak berbagai fasilitas publik, gedung-gedung, dan rumah-rumah ibadah. Bahkan tidak sedikit pula nyawa dari manusia-manusia yang tidak berdosa menjadi tumbalnya. Dan pada gilirannya aksi-aksi pemberontakan tersebut kita menyebutnya dengan terorisme.

Seperti pengeboman yang pernah terjadi di Bali pada tahun 2002 lalu. Bahkan diduga sebagai aksi teroris terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Berdasarkan pada data yang ada, jumlah korban yang diakibatkan oleh aksi pengeboman tersebut mencapai 202 korban jiwa dan 209 orang yang luka-luka. Dan kebanyakan dari mereka adalah para wisatawan asing yang sedang berkunjung ke Bali, mengingat Bali adalah salah satu tempat destinasi wisata yang ada di Indonesia.

Kemudian pada tahun berikutnya tepatnya di tahun 2003 dengan kejadian yang sama, aksi pengeboman juga terjadi di Wisma Bhayangkari Kompleks Besar Polri. Sekalipun tidak ada korban jiwa yang ditemukan, namun menyisakan beberapa kerusakan pada bagian bangunan Wisma. Dan masih banyak lagi rentetan kasus terorisme yang lainnya yang pernah terjadi di Indonesia.

Dengan berkaca pada dua kasus pengeboman di atas, kita bisa berkesimpulan bahwa terorisme, dengan berbagai macam motifnya akan selamanya berdampak buruk bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), manusia, bahkan bagi seluruh makhluk hidup. Dan sekalipun dengan mengatasnamakan agama sebagai alasan di balik pelaksanaannya, terorisme tidak akan pernah mendapat legalisasi dari agama apapun, lebih-lebih agama Islam yang bahkan sangat mengecamnya. 

Dengan berbagai macam kerusakan yang diakibatkan oleh aksi-aksi terorisme tersebut, dalam hal ini Allah swt berfirman dalam kitab sucinya:
"Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan". (QS. Al-Baqarah:205)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun