Mohon tunggu...
Rully Raki
Rully Raki Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar STPM St. Ursula Ende

Penggiat Isu-Isu Sosial dan Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sulit Kuliah: Siapa yang Mau Help?

23 September 2021   13:51 Diperbarui: 23 September 2021   13:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak sudah yang mengeluarkan keluhan ini. Kalimat “Saya sulit kuliah,“ sering sering sekali keluar dari mulut para mahasiswa dan mahasiswi. Sulit kuliah ini terjadi sejak masa pademi Covid 19 di awal tahun 2020. Pada masa ini pelajar dan mahasiswa diharuskan untuk mengikut penenerapan sistem belajar daring secara online.

Tentu hal ini tidak akan menjadi masalah bagi mahasiswa yang berdomisili di kota. Dengan asupan dana kulah yang cukup dari orangtua dan infrastruktur yang baik, mereka akan mudah mengikuti proses ini.

Namun untuk para mahasiswa yang rata-rata tinggal di daerah perkampungan dengan sulitnya akses jaringan listrik maupun internet seperti di daerah-daerah 3T, kondisi kuliah online akan jadi momok yang menakutkan. Apalagi hal ini terjadi di tengah-tengah itu ada banyak kewajiban dan tugas yang harus mereka tuntaskan dan dikirimkan pada para pengajar.

Sampai di sini, efek yang timbul kemudian ialah banyak mahasiswa dan mahasiswi yang bolong jadwal abesensinya. Ini tentu akan berimplikasi pada penyerapan materi yang diberikan. Selain itu, hal ini juga berimplikasi pada nilai yang didapatkan pada akhir semester. Bagi yang lagi benasib apes, tentu akan mendapatkan nilai rendah.

Rendahnya nilai yang diperoleh akan  tentu selanjutnya akan berpengaruh pada motivasi belajar. Paradigma berpikir yang kemudian bisa ditimbul di sini ialah, kuliah itu sulit dan tidak bermanfaat.

Survei sederhana yang dibuat penulis dengan Judul Respon Mahasiswa Terhadap Perkuliahan Online 2020 terhadap 207 mahasiswa, menunjukan hanya 50,4% yang merasa terbantu dengan proses kuliah online. Dalam posisi seperti ini akan ada banyak ditemukan kasus para mahasiswa yang memutuskan untuk behenti kuliah atau cuti kuliah tanpa tahu kapan harus memulainya lagi.

Persoalan-persoalan ini semakian menambah peliknya  persoalan pendidikan yang menjadi langganan di daerah-daerah pelosok. Bisa dibayangkan  persoalan itu bisa dijejerkan mulai dari persoalan infrastruktur pendukung pendidikan, ketersedian sumberdaya tenaga pendidik yang memadai sampai dengan persoalan infrastruktur pendukung seperti ketersediaan listrik maupun jaringan internet yang mau tidak mau mesti dipenuhi di masa pendemi ini.

Banyaknya persoalan ini belum lagi diperhitungkan dengan persoalan ekonomi yang makin sulit. Tentu ada banyak orang yang akan setuju bahwa sektor ekonomi di masa pandemi memang menghawatirkan pertumbuhannya. Banyangkan saja apabila orangtua dari para mahasiswa ini, yang kebetulan cuman berporfesi sebaagai pedagang sayur, tidak laku dagangannya karena minimnya pembeli yang datang ke pasar di masa pandemi ini.

Dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti di atas, bagaimana mereka bisa membeli paket data atau bahkan smartphone untuk kuliah online. Survei yang sama pun menunjukan bahwa 85,6% dari para keluarga mahasiswa itu perlu mengeluarkan biaya eksrta untuk membeli smartphone atau data untuk kuliah online.

Terhadap problem sulit kuliah ini, langkah bagus yang sudah pernah dibuat oleh pemerintah ialah dengan memberikan kuota belajar bagi para pelajar. Meskipun begitu, kouta ini pun bisa jadi tidak banyak menolong apabila si penerima tinggal di daerah yang susah signalnya. Kalau sudah begini siapa yang mau help?, mengutip kata orang-orang Flores.

Mencoba keluar dari permasalahan seperti ini, beberapa pendapat yang bisa dikemukan ialah pertama, mungkin bagi lembaga pendidikan maupun para pengajar bisa membangun paradigma berpikir tentang bagaimana menyiapkan proses belajar yang ramah mahasiswa. Ramah mahasiswa di sini artinya proses belajar yang bisa menjangkau mereka. Ambil contoh, jika ada aplikasi yang minim biaya atau bisa digunakan tanpa menyedot banyak pulsa, ini bisa dijadikan alternatif komunikasi yang utama untuk mengelola kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun