Mohon tunggu...
Rheandita Vella Aresta
Rheandita Vella Aresta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Filsafat UGM semester akhir.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Berdaya ala Pasangan Pengrajin Sutikno

9 Agustus 2023   13:48 Diperbarui: 9 Agustus 2023   13:54 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN bertemakan "Pendampingan Persiapan Inisiasi Kalurahan Wisata Budaya" di Padukuhan Kaliwaru membawa kami bertemu dengan Ibu dan Bapak Sutikno. Keduanya merupakan pasangan pengrajin bambu paling utama di padukuhan ini. Sebab, keduanya telah menjalankan karier sebagai pengrajin bambu sejak tahun 1999. Sama seperti kebanyakan warga Kaliwaru lainnya, pada awalnya Bapak Sutikno hanya memproduksi anyaman caping. Semacam pekerjaan dan skill turun menurun dari keluarga.

Seiring berjalannya waktu, bapak Sutikno terdorong untuk meningkatkan taraf nilai kerajinan bambu. Beliau pun mulai mengembangkan produk-produk kerajinan bambu lainnya, seperti: tas, dompet, dan kap lampu. Terakhir, beliau sedang menguji coba membuat produk saringan teh.

v
v

Tetap Belajar serta Realistis

Saat awal berkunjung, kesan yang saya dapatkan tentang produk kerajinan bambu Pak Tikno: "Ini anyaman bambu paling halus dan tipis yang pernah saya lihat". Wajar saja bila harga produk kerajinan bambu Pak Sutikno terbilang tidak murah, hingga sering dipesan oleh keluarga pejabat negara. Dalam peroperasian usahanya, Pak Tikno mengajak tetangga-tetangga sekitar yang memiliki kendala ekonomi untuk turut berpartisipasi.

Dengan profil yang sebegitu "keren", karakter bapak dan Ibu Sutikno sangat berkebalikan dengan pencapaiannya. Keluarga tersebut sangat sederhana dalam menceritakan latar belakangnya. Pak Tikno dan bu Tikno melakukan profesi sebagai pengrajin bambu karena meneruskan karier keluarganya. Lalu, Pak Tikno mengembangkan usaha turunan tersebut secara realistis: mencoba melakukan inovasi sejalan dengan output yang didapatkan. Jika pesanan terus masuk, maka inovasi pengembangan produk pun akan terus dilakukan.

Mengenai inovasi pengembangan kerajinan bambu, warga-warga sekitar agaknya sulit untuk keluar dari zona nyamannya, yaitu kerajinan caping. Hal itu dapat dimaklumi dari aspek ekonomi. Kerajinan caping sudah biasa dibuat, serta langsung dijual dan mendapatkan hasil.  Sementara produk inovasi,   mengharuskan pengrajin untuk membiayai dulu produk yang dibuat dan pemesan hanya memberi uang muka beberapa persen saja.

Dari sini, saya dapat melihat bahwa Pak Tikno memiliki karakter mau terus belajar dan dapat memanfaatkan privilese dengan baik. Karakter "rendah hati" juga terus dimilikinya seiring dengan kemajuan perjalanan kariernya.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Sedikit bergeser ke tokoh yang lainnya, Bu Tikno pernah menceritakan kalau beliau dapat menghasilkan sekitar enam anyaman dalam sehari apabila hanya duduk dan menganyam, sampai-sampai pekerjaan rumah tidak terpegang. Penasaran dengan hal tersebut, saya bertanya bagaimana ibu Tikno memilih pekerjaan tersebut dan bagaimana pandangan orang lain atasnya. Dalam bahasa yang muluk-muluk, saya penasaran apakah bu Tikno seorang feminis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun