Mohon tunggu...
Rezky  Metra Satrio
Rezky Metra Satrio Mohon Tunggu... Mahasiswa

Media enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

War Is Hell

15 Juni 2025   16:18 Diperbarui: 15 Juni 2025   16:18 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak dari kita sering mengeluh tentang hal-hal kecil. Tugas yang menumpuk, sinyal internet yang buruk, atau makanan yang tidak sesuai selera. Tapi coba bandingkan dengan anak-anak di Gaza, di Ukraina, atau di Sudan. Yang mereka inginkan hanyalah sepotong roti, sekotak susu, atau kesempatan untuk bermain bersama orang tua dan saudaranya. Tidak ada permintaan akan mainan mahal, pakaian baru, atau liburan. Yang mereka rindukan adalah hal-hal yang bagi sebagian dari kita dianggap sepele.

Kerusakan Lingkungan dan Budaya

Perang tidak hanya menghancurkan nyawa, tetapi juga bumi tempat manusia tinggal. Conflict and Environment Observatory (2025) mencatat bahwa aktivitas militer seperti pembakaran kilang minyak dan serangan terhadap infrastruktur energi menyebabkan pencemaran udara, air, dan tanah. Di Irak dan Suriah, asap dari kilang yang terbakar menyebarkan bahan kimia berbahaya ke atmosfer dan lingkungan sekitar.

Hutan juga menjadi korban. Dalam konflik di Vietnam dan Kamboja, hutan dihancurkan dengan bahan kimia. Kebakaran besar akibat perang melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar. Pada tahun 2020, emisi dari kebakaran di daerah konflik bahkan setara dengan hampir separuh emisi tahunan negara Inggris.

Kerusakan tidak berhenti di situ. Kota yang hancur menyisakan jutaan ton puing yang sulit dikelola. Proses membangun kembali memerlukan bahan seperti semen yang menghasilkan emisi tinggi dan memperburuk krisis iklim.

Lebih dari itu, identitas budaya pun ikut hilang. Laporan dari Human Rights Watch mengungkap bahwa penggunaan senjata peledak di wilayah padat penduduk telah menghancurkan situs-situs bersejarah seperti masjid, museum, dan bangunan warisan budaya. Di Gaza, sejak Oktober 2023, setidaknya 41 situs budaya telah rusak atau hancur, termasuk Masjid Agung Omari (Destroying Cultural Heritage, 2024).

Penutup

Perang bukan sekadar tentang peluru dan ledakan. Ia adalah rangkaian panjang penderitaan, kehilangan, dan kehancuran yang tak mudah dipulihkan. “War is hell” bukan hanya metafora, itu kenyataan. Dan selama manusia terus memuja konflik sebagai jalan menuju kemenangan, maka kita hanya sedang menyiapkan generasi berikutnya untuk masuk ke neraka yang sama.

Referensi

Bastian Herre, Lucas Rodés-Guirao, and Max Roser (2024) - “War and Peace” Published online at OurWorldinData.org. Retrieved from: 'https://ourworldindata.org/war-and-peace' [Online Resource]

Ray, M. (2023, April 18). 8 Deadliest Wars of the 21st Century. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/list/8-deadliest-wars-of-the-21st-century

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun