Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liga Lokal Masih Bobrok, PSSI dan PT LIB yang Tak Serius

29 November 2021   21:23 Diperbarui: 29 November 2021   21:30 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masih menjadi misteri, mereka ini siapa? (dok: Tribun Jateng)

Selama ini ada kebijakan aneh yang diterapkan PSSI mengenai mekanisme pemanggilan pemain untuk kebutuhan timnas. Adanya pembatasan jumlah maksimal pemain yang boleh dipanggil per klub. Tentu ini agak konyol mengingat adanya kompetisi tak lain demi menunjang kesuksesan timnas.

Betapa pusingnya Joachim Löw dulu ketika 2014 apabila DFB dulu menerapkan hal ini mengingat mayoritas pemainnya dari Bayern Munich. Atau bagaimana nasib Del Bosque apabila dia tak bisa seenaknya memenuhi starting line up dengan punggawa Real Madrid dan Barcelona. Sekarang pun Shin Tae-Yong pasti dipusingkan kebijakan ajaib ini.

Tak peduli demi Piala AFF yang telah lama diidamkan, PSSI bergeming dengan kebijakan ini. Alasannya tak lain banyaknya tim yang mengeluh kekuatannya tereduksi akibat beberapa pemainnya dipanggil timnas. Hal yang tak lain kesalahan dari regulator dan operator liga sendiri yang gagal menyesuaikan jadwal liga dan timnas. Akibatnya timnas main tapi liga gak libur.

Namun bukan sepak bola Indonesia namanya jika tak mengkhianati prinsipnya sendiri. PT LIB sebagai penanggung jawab Liga 1 dan 2 malah memutuskan adanya break dadakan, liga diputuskan libur sejak 14 desember dan akan digulirkan kembali 5 januari tahun depan.

Keluarnya keputusan ini tak lain setelah exco PSSI mengadakan rapat dan turunnya surat edaran instruksi kemendagri. PSSI beralasan demi mendukung kesuksesan timans berlaga di AFF dan Kemendagri yang menginstruksikan ditiadakannya kegiatan seni, budaya, dan olahraga selama 24 desember sampai 12 januari untuk menekan penyebaran virus covid-19. Tapi, kenapa tanggal 5 liga sudah bergulir kembali?.

Membuka Pintu Match Fixing Selebar-lebarnya

Kebijakan lainnya yang tak kalah konyol adalah perihal pekan terakhir fase grup Liga 2. Sebagai ‘liga’ yang dijalankan dengan separuh turnamen ini, eksistensi pekan terakhir tak ubahnya final bagi beberapa klub. Ada yang butuh poin demi mengamankan slot play-off dan ada pula yang berjuang demi menghindari degradasi.

Itulah mengapa liga-liga di eropa sana selalu mengadakan kick-off pertandingan terakhir secara serentak. Demi menghindari adanya main mata dan mempersulit masuknya unsur match fixing yang mencederai sportivitas. Semua laga terakhir fase grup di Euro 2020 juga dilaksanakan serentak per grupnya.

Lagi-lagi sebagai organisasi yang denial PSSI dan LIB yang tak lain orangnya itu-itu saja seolah tutup mata akan potensi kebocoran ini. Tak ada matchday serentak di pertandingan terakhir fase grup Liga 2. Mereka lebih mementingkan mengeruk pundi-pundi rupiah dari stasiun tv.

Hal seperti inilah yang membuat preseden buruk pada PSSI dan sepak bola lokal tak pernah hilang. Sebagai liga yang bukan top tier, tentu logikanya Liga 2 lebih mudah disusupi oleh tangan-tangan pengaturan skor. Memang siapa yang masih takut dengan dua orang berpakaian rompi Satgas Anti-Mafia Bola yang berdiri di samping lapangan?.

Klasemen Grup D Liga 2 2021 (dok: ligaindonesiabaru.com)
Klasemen Grup D Liga 2 2021 (dok: ligaindonesiabaru.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun