Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-Yong Butuh Naturalisasi

14 November 2021   07:30 Diperbarui: 14 November 2021   12:38 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elkan Baggott, amunisi tambahan lini belakang racikan SHin Tae-Yong (dok: PSSI)

Baru-baru bek sayap Aston Villa, Matthew Cash membuat langkah radikal demi mengejar caps internasiolnya. Cash pindah kewarganegaraan ke Polandia yang jika dirunut ia dapat dari ibunya. Langsung ia dianugerahi nama Polandia, Mateusz Gotowka yang mana Gotowka dalam bahasa Polandia sama-sama bermakna cash. 

Melihat ketatnya persaingan bek kanan Inggris yang dihuni oleh Trent Alexander-Arnold, Kyle Walker, Reece James, hingga Aaron Wan-Bissaka saja terpental, pilihan Cash tentu pragmatis.

Sebelumnya di Copa America kita disuguhkan dengan Ben Brereton di Chile dan Gianluca Lapadula di Peru. Bahkan Brereton juga mendapat nama dari Chile dan menjadi Brereton Diaz, usut punya usut Chile menggunakan ihwal bahwa Brereton punya darah Chile dari neneknya. Sedangkan Lapadula memang punya ibu seorang WN Peru.

Sekarang memang tim nasional semakin mirip dengan klub pada umumnya. Pemain bisa berpindah klub meskipun tanpa ada mahar uang transfer ke negara sebelumnya, hanya ada urusan birokrasi yang harus diurus. 

Bagi pemain macam Wilfred Zaha memang masalah tim nasional membuatnya dilema. Berkutat di tim semenjana, membuatnya jauh dari spotlight dan akhirnya ia memutuskan untuk berpindah dari WN Inggris menjadi Pantai Gading.

Fakhri Husaini Menentang


Fakhri Husaini ketika masih menangani timnas kelompok umur (dok: PSSI)
Fakhri Husaini ketika masih menangani timnas kelompok umur (dok: PSSI)

Bagi Fakhry Husaini, mengandalkan pemain naturalisasi mungkin setara dengan mengkhianati talenta-talenta lokal. Ya begitulah apalagi bagi pelatih yang pernah menempa timnas kelompok usia dini, merasakan betapa khawatirnya bibit-bibit muda ini bakal terpinggirkan oleh kebijakan naturalisasi.

Fakhry berang setelah adanya informasi mengenai usaha PSSI menaturalisasi empat pemain senior. Dua diantaranya santer disebut sebagai Sandy Walsh dan Jordi Amat, keduanya berposisi sebagai pemain bertahan. 

Ketum PSSI Iriawan sendiri sudah mengorfimasi PSSI sedang ada usaha menpersuasi nama-nama yang potensial untuk dinaturalisasi.

Mungkin bisa dibilang Fakhry termasuk sebagai golongan yang resisten akan segala kemungkinan naturalisasi. Tapi bola sedang tidak berada di kakinya, bola sedang dalam penguasaan Shin Tae-Yong selaku pelatih kepala. 

Nama sama yang Fakhry menolak bekerja sama sebagai salah-satu asistennya.

Jika kita menilik agak ke belakang sebenarnya STY sendiri tak alergi dengan cara naturalisasi. Sudah terlihat dengan sempat dipanggilnya Elkan Baggott kala itu dan bahkan secara aktif memberikan shortlist pada PSSI untuk diproses. 

Dia pun sempat mengungkapkan kekecewaannya karena tak dapat pemain yang ia inginkan.

Beruntungnya Baggot berhasil dipersuasi agar memilih Indonesia dan menanggalkan paspor Inggrisnya. Memang tak mudah untuk mengambil keputusan berpaspor Indonesia. Sebagai negara yang tak menganut dwi-kewarganegaraan, segala privilege dari negara asal bakal lenyap seketika.

Bukan Asal-Asalan

Saya melihat langkah naturalisasi kali ini lebih baik daripada beberapa tahun kebelakang. Paling kentara adalah STY sengaja hanya menyeleksi nama-nama yang memang ada darah Indonesia. 

Bukan orang yang benar-benar tak ada hubungan apapun, Jordi Amat mengklaim neneknya lahir di Makassar sedangkan ibu Walsh lahir dari pasangan Indonesia.

Selain faktor darah, nama-nama yang muncul berasal dari STY sendiri. Memastikan bahwa memang dirinya memerlukan pemain itu untuk skema permainannya. 

Sudah diketahui juga STY lebih memilih beknya diisi oleh pemain-pemain jangkung, Baggott sendiri setinggi 194 cm. Postur tinggi jelas diharapkan STY agar lini belakang Indonesia lebih kokoh ketika duel udara.

Perlu kita ketahui juga STY bukanlah pemuja permainan cantik macam Pep. Bahkan dirinya lebih mirip sebagai Mourinho versi Asia. Tengok saja ketika dirinya memulangkan Jerman di 2018, garis pertahanan rapat, dalam, dan disiplin membuat Jerman muntab dan malah kecolongan dua gol.

Gaya bermain seperti itu jelas butuh kondisi fisik yang prima. Kelelahan berujung hilangnya konsentrasi ketika pertandingan mendekati akhir sudah akrab menjadi asal petaka kekalahan timnas sejak lama. 

Kedodoran dalam duel udara membuat timnas seringkali keok dari lawan di luar asia tenggara, terutama negara-negara Timur Tengah yang punya postur menjulang.

Indonesia tak perlu malu bermain parkir bus dengan mengandalkan serangan balik. Indonesia bukan lah negara digdaya di sepak bola, bicara sepak bola indah kita tunda dulu nanti ketika pemain-pemain kita sudah mampu menerjemahkannya di lapangan. 

Realistis saja dulu membenahi hal satu demi satu, kini STY mash berjibaku mengajari teknik-teknik dasar dan menggenjot kondisi fisik.

Kalau mau dibilang shortcut ya mungkin benar. Apalagi dengan beban target PSSI untuk juara di Piala AFF nanti bagaimana pun juga posisi STY bakal terancam apabila hasil yang dibawa bukanlah trofi. 

Maka pondasi buatan STY pasti bakal bubrah ketika ia didepak dan Indonesia kembali dalam pusaran limbo membangun tim yang tak berkesudahan lagi.

Tak usah anti dengan rencana naturalisasi ini. Apalagi ini masih sebatas usaha awal dari PSSI, belum ada jaminan juga keempat nama itu semuanya setuju membela Indonesia. 

Masih ada persetujuan dari FIFA juga yang mana kemarin membuat Marc Klok gagal membela timnas gara-gara keabsahan asal-usul darah Indonesianya masih dipertanyakan FIFA.

Selanjutnya semoga saja persepakbolaan Indonesia terus membaik. Jangan sampai juga para pemain yang telah memilih Indonesia itu nantinya menyesal dengan pilihannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun