Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencapai Kebijaksanaan dengan Cara Menyelami Makna Penderitaan

16 Desember 2020   21:09 Diperbarui: 16 Desember 2020   21:11 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merenung menyelami makna penderitaan (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Saya jadi teringat apa yang pernah diucapkan oleh ahli spiritual bahwa, ada dua cara untuk mencapai puncak pencerahan.

Pertama, dengan cara bermeditasi selama bertahun-tahun. Kedua, dengan cara menyelami makna penderitaan.

Jadi, setiap kali kita dipertemukan dengan situasi yang kurang mengenakan, dipertemukan dengan masalah dan tantangan yang menguras batin kita, pada saat yang bersamaan pula sebenarnya adalah kesempatan bagi kita untuk mulai mencapai tangga pencerahan.

Tapi masalahnya, kadang kita tidak mau menyelaminya bahkan menganggap penderitaan adalah sebuah pengalaman yang selalu ingin dihindari.

Padahal dalam penderitaan itu biasanya terselip pesan mendalam yang kalau kita renungi, pelajari, pesan itu bisa membawa perubahan besar dalam hidup kita dan bisa meningkatkan kesadaran kita secara drastis.

Kalau seandainya dulu saya tidak pernah terpukul hebat akibat putus cinta yang teramat dalam, mungkin tidak akan pernah lahir puisi-puisi yang kini menghiasi channel YouTube saya. 

Mungkin saya tidak akan pernah bergerak dan terdorong untuk mempelajari realita dinamika sosial romansa yang sebenarnya.

Kalau seandainya saya dilahirkan di keluarga yang serba ada dan berkecukupan sehingga apapun hanya tinggal meminta orangtua, mungkin saya tidak akan pernah belajar bagaimana menjadi dewasa dan terbiasa untuk menjadi mandiri.

Kalau seandainya sejak dulu saya sudah cukup dengan pujian, dukungan dan apresiasi, mungkin saya tidak akan pernah tergerak dan terdorong untuk belajar pengembangan diri dan belajar banyak untuk memperkaya intelektualitas diri.

Tanpa kejadian-kejadian pahit dan kurang mengenakan itu, saya mustahil bisa ada dititik dan menjadi sosok seperti sekarang ini.

Semua pengalaman yang saya rasa sebagai penderitaan itu justru menjadi berkah tersendiri untuk mendorong kebijaksanaan ini lebih tinggi dan kesadaran diri ini semakin berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun