Mohon tunggu...
Reyna KaruniaPutri
Reyna KaruniaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - soon-to-be-an-author

a secret admirer for 6 years.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bagi yang tak Menemukan Arti Sebuah Rumah

20 Agustus 2021   12:57 Diperbarui: 20 Agustus 2021   13:01 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apa yang kalian pikirkan tentang rumah? Tempat berteduh, hangat dengan orang tercinta bernama keluarga. Kalau berpikir seperti itu, sepertinya kalian tidak sepemikiran dengan saya.

Terbiasa hidup dengan keharmonisan suasana rumah membuat banyak orang berpikir rumah adalah tentang keluarga. Ibu yang menyiapkan makanan hangat, ayah yang siap mengantar sekolah, kakak beradik akur berbagi mainan walau ada pertengkaran kecil. Semua normal, melindungi dan mengasihi satu sama lain. Tidak ada tempat senyaman rumah dengan keluarga yang berkumpul.

Hari itu sudah senja, keringatmu sudah basah lalu kering lalu basah lagi. Kening sudah berkerut tanda beban hidup sebesar kapal nuh baru saja menimpa mu. Berulang kali otak memikirkan skenario untuk pergi saja dari pekerjaan ini. Sangat lelah, dunia memang kejam. Perjalanan pulang selalu seperti ini, jalanan yang ramai sangat mengganggu perasaan kacau mu. Rasanya ingin sekali sampai ketujuan. Yaitu Rumah.

Perasaan lelah setelah berkutat dengan urusan dunia serasa lenyap ketika orang itu menyambut. Ibu, beliau ternyata di balik pintu. "Ayo nak cepat ganti baju lalu makan.". Lalu bergegas masuk tidak lupa sungkem kepada ibu. Makanan sudah tersedia di meja makan, ayah yang sudah sedari tadi menunggu sedikit menggerutu "Lama sekali kamu, ayah sama adik kamu sudah kelaparan" disusul suara kikikan adik. Senyum mu merekah malu merasa kehadiran mu yang selalu dinanti. Oleh mereka, keluarga.

Ahh indah sekali jika dibayangkan. Saat nya kembali ke dunia nyata. Banyak dari kita tidak bisa merasakan apa itu keluarga. Lalu apa mereka tidak bisa merasakan 'rumah'?

Ada yang bisa ada yang tidak. Lalu bersyukurlah kalian yang tanpa keluarga bisa merasakan kedamaian rumah sesuai kamus kalian sendiri. Tenang, saya akan sedikit berbagi pandangan bagi kalian yang sedang mencari 'rumah'.

Saya pun  bukan orang yang beruntung merasakan 'rumah'. Diperjalanan ini saya masih mencari, sebenarnya siapa dan apa rumah bagi diri ini. Apa itu memang keluarga, teman, atau hanya saya sendiri adalah rumah.

Lalu teringat kemarin, saat menangis siapa yang menenangkan,  yang memberi semangat agar terus hidup meskipun berulang kali ingin rasa nya memutus urat nadi. Tidak ada melainkan saya saja. Yang lain pergi, tapi saya memutuskan tetap di raga yang menyedihkan ini. Saya kasihan sekali dengan raga ini, berkerja keras dan bersabar sendiri. Tapi selalu ada saya, tidak lupa merasa bangga dan senang atas apa yang dilakukan.

Iya, aku, kamu, dia, mereka adalah rumah bagi mereka sendiri. Bertanggung jawab atas apa yang sudah digariskan.

Sudah saatnya menerima segala kekurangan yang melekat pada diri ini. Walau tidak sempurna setidaknya selalu ada menguatkan. Kalau bukan karena diri ini, siapa lagi yang akan melindungi. Kalay kata mereka bilang self love. Mencintai diri sendiri, menghargai nya juga menjaga nya. Seperti keluarga saling menjaga.

Dari situlah makna rumah yang saya temukan. Tidak selalu tentang keluarga atau teman. Ini tentang dirimu sendiri yang bisa menjadi rumah terbaik bagi jiwa lelah mu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun