Mohon tunggu...
Revaputra Sugito
Revaputra Sugito Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

We Love Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jurus Silat Lidah Ala Setiyardi

16 Juni 2014   00:56 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:35 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Obor Rakyat, sebuah tabloid yang benar-benar menghebohkan negeri ini dalam 2 minggu terakhir. Dari berbagai media kita berkali-kali mendengar bahwaTimsesPrabowo-Hatta selalu menyatakanpihak mereka tidak ada hubungannya dengan Tabloid Obor Rakyat yang dikelola oleh Setiyardi dan Darmawan Sepriyossa. Beberapa elit partai pendukung Prabowo seperti Priyo Budi Santoso, Romahurmuzy dan lain-lainnya mengatakan Tim Prabowo-Hatta tidak mungkin melakukan cara-cara seperti itu.

Terlepas dari sikap masyarakat percaya atau tidak percaya denganpernyataan tersebut, secara kontekstual Timses PraHaRamengakui atau menganggapbahwa Tabloid Obor Rakyat adalah suatu hal yang nista dan pihak mereka tidak mungkin melakukan hal-halyang seperti itu. Mungkin bisa kita garis-bawahi bahwa bisa dipastikan menurut kubu PraHaRa penyebaran Tabloid Obor Rakyat adalah suatu perbuatan yang buruk yang seharusnya tidak dilakukan oleh siapapun dalam masa Pilpres ini.

Selanjutnya dengan topic yang sama,tiga hari yang lalu Dewan Pers Indonesia juga mengeluarkan pernyataan pers bahwa Tabloid Obor Rakyat yang sudah beredar di sejumlah masjid dan pesantren di wilayah Jawa Timur paska pendaftaran Capres-Cawapres ke KPU ( sekitartanggal 24 Mei-28 Mei 2014) bukan merupakan Produk Jurnalistik.Alasan Dewan Pers adalah Tabloid Obor Rakyat tidak memenuhiUU No.40 tahun 1999. Tabloid itu memiliki konten yang tidak berdasarkan kode etik dan konfirmasi, tidak berbadan hukum dan mencantumkan alamat fiktif. Tabloid itu sudah termasuk kategori Kampanye Hitam.

Saya sebagai penulis tentu saja sepakat dengan penilaian Dewan Pers dan mungkin sependapat juga dengan Timses Prabowo-Hatta bahwa penerbitan dan peredaran Tabloid Obor Rakyat itu hal yang sangat buruk dan mencederai proses demokratisasi yang sedang berjalan dalam Pilpres ini.Dan tentunya semua pihakjuga akan maklum bahwa kubu Capres Joko Widodo yang sangat dirugikan oleh penyebaran Tabloid Obor Rakyat ini menyebutnya sebagai Black Campaign dan melaporkannya ke Bawaslu pada tanggal 4 Juni 2014 lalu.

YANG SAYA KETAHUI TENTANG SETIYARDI

Kemarin subuh saya sempat membuat satu tulisan yang membahas tentang Darmawan Sepriyossa, Setiyardi dan Demokrat. Pada tulisan tersebut saya sempat meragukan pernyataan Julian Aldrin Pasha, Jubir Presiden yang mengatakan nama Setiyardi tidak terdaftar sebagai Staff Khusus Presiden. Alasannya adalah yang saya ketahui setelah menggogling nama Setiyardi terdapat beberapa info. Salah satunya berita yang dilansir Politikindonesia.com yang mengabarkan pada bulan April 2010, Setiyardi sebagai salah satu Staff Khusus Presiden bidang Otonomi Daerah telah dicatut namanya oleh oknum penipu yang meminta sumbangan.Dari situlah saya meragukan kebenaran pernyataan Julian Aldrin Pasha bahwa Setiyardi bukan staf khusus Presiden.

Juga dalam penelusuran kemarin saya menemukan informasi bahwapada Akhir tahun 2009 Setiyardi yang merupakan mantan wartawan Tempo pernah sangat membantu SBY.Pada saat itu Setiyardi membuatkan sebuah buku untuk SBYyang berisikansanggahan dari buku “ Membongkar Gurita Cikeas” karangan George J Aditjondroyang sangat menghebohkan dan membuat malu keluarga Istana. Dan pada saat peluncuran buku karangan Setiyardi tersebut,beberapa elite Demokrat ikut hadir.Mungkin atas dasar itulah Setiyardi diangkat mejadi Staf Khusus Presiden.

Setiyardi juga setahu saya (sesuai info hasil googling) sudah lama malang melintang di Media Politik dimana pada tahun 2007 pada saat Pilgub DKI, Setiyardi membuat sebuah Tabloid untuk memenangkan Fauzi Bowo. Tabloid itu bernamaJakarta Untuk Semua diterbitkan oleh Senopati Media yang dimiliki oleh Setiyardi. Pada saatitu Fauzi Bowo didukung oleh partai Demokrat mengalahkan AdangDaradjatun yang didukung PKS.Hal ini menunjukkan bahwa Setiyardi memangsudah lama dekat dengan partai Demokrat.

Setiyardi Budiono juga diketahuiselain menjabat sebagai Staff Khusus Presiden juga merupakan Komisaris PTPN XIII. Dan satu hal lagi baik Setiyardi dan Darmawan Sepriyossa sama-sama menaruh kebencian akut terhadap PDIP. (silahkan baca tulisan sebelumnya).

SETIYARDI AKHIRNYA MUNCUL DI PUBLIK DENGAN BAJU KOTAK-KOTAK.

Setelah 2 minggu Gun Gun Heryanto berbicara tentang keterlibatan Darmawan Sepriyosa dengan Tabloid Obor Rakyat tanpa ada klarifikasi dari Darmawan, setelah GP Ansor menyatakan akan mengerahkan 1.200 anggota pasukannya untuk mengejar para pengedar Tabloid Obor Rakyat dan setelah BIN juga mengatakan akan turun tangan mengejar pelaku dibelakang tabloid Obor Rakyat, barulah Darmawan Sepriyossa muncul dengan pengakuan di portal Inliah.com bahwa dirinya memang terlibat dengan Tabloid Obor Rakyat. Dia dengan mengatakan bahwa Setiyardi lah yang mengajaknya untuk membuat Tabloid nista seperti itu.

Dan setelah Darmawan mengaku, tak lama kemudian Setiyardipun muncul di public dengan rasa percaya diri yang luar biasa. 2 minggu lamanya mereka (Setiyardi dan Darmawan) bersembunyi seperti pengecut, tiba-tiba Setiyardi muncul dengan segala argument moralitasnya.

Dan dibawah ini saya mencatat beberapa poin yang dinyatakan oleh Setiyardi yang merupakan Staf Khusus Presiden dan Komisaris PTPN XIII yang sudah dilansir beberapa media :

1.Setiyardi menyatakan Tabloid Obor Rakyat bukanlah kampanye hitam. “ini kan isinya biasa saja. Ini murni karya jurnalistik yang diterbitkan saya dan teman-teman redaksi yang lain.” Ucap Setiyardi.

2.Setiyardi mencontohkan bahwa isi tabloid biasa dengan mengatakan satu judul artikel :”184 Caleg PDIP Non Muslim”. PDIP tidak boleh marah karena ini memang fakta kata Setiyardi. PPP juga tidak akan marah kalau dikatakan sebagai Partai Muslim.

3.Setiyardi mengaku kecewa dengan Jokowi karena maju sebagai Calon Presiden. Dengan menggunakan/ memamerkan baju kotak-kotak Setiyardi mengatakan Saya ini warga Jakarta, saya ini punya banyak (baju kotak-kotak) karena saya pilih Jokowi sebagai gubernur. Mayoritas warga Jakarta juga memilih Jokowi, tetapi kami ditinggalkan."

Lantaran kecewa dia mengritik Jokowi dengan cara membuat dan menyebarkan Tabloid Obor Rakyat. Setiyardi juga menyataka Tidak Menyesal membuat tabloid tersebut berdasarkan Keyakinan agama yang dianutnya.Lebih lanjut menurut Setiyardi, Jokowi harus berterima kasih kepada dirinya karena undecided Voter akan bersimpati ke Jokowi akibat tabloid Obor Rakyat.

4.Setiyardi menegaskan bahwa Tabloid Obor Rakyat adalah Citizen Journalism (Jurnalisme Warga). Menurutnya ini berdasarkan fakta di lapangan, seperti berita yang berasal dari laporan warga biasa tentang situasi Arus Mudik Lebaran dan lain- lainnya.

SANGGAHAN UNTUK SILAT LIDAH SETIYARDI

1).Mengupas pernyataan no.1 Setiyardi bahwa Tabloid Obor Rakyat bukan Kampanye hitam dan murni karya junalistik ini adalah bulshit.Jangankan kubu Jokowi, Dewan Pers saja mengatakan tabloid ini bukan produk jurnalistik dan kubu Prabowo-Hatta sendiri juga berkali-kali menampik berhubungan dengan tabloid tersebut.Baik kubu Jokowi, kubu Prabowo dan Dewan Pers sudah jelas-jelas secara subtansi berpendapat bahwa tabloid Obor Rakyat ini adalah “Luar Biasa”. Dan Logikanya bagaimana mungkin sebuah produk Jurnalistik tidak berbadan hukum dantidak memuat sama sekali alamat redaksi dan pengurusnya. Dengan tidak mencantumkan alamat redaksi dan sumber tulisan bisa dikatakan bahwa penerbit Tabloid ini memang mempunyai niat yang buruk dan tidak bersedia untuk mempertanggung-jawabkan content yang terkandung dalam tabloid tersebut.

2) Kupasan pernyataan no 2, Setiyardi pura-pura berlagak bodoh dengan mengatakanjudul artikel “ 184 Caleg PDIP Non Muslim” itu sama dengan kalimat“PPP adalah Partai Muslim”.

Secara kontekstual kedua hal tersebut jelas sangat berbeda. Mengatakan PPP sebagai Partai Muslim dimanapun/ di sembarang tempatnya tentu tidak akan berdampak apa-apa karena PPP sejak 30 tahun yang lalu semua orang sudah mengenalnya seperti itu. Tetapi mengatakan 184 Caleg PDIP Non Muslim pada momen Pemilu di pesantren-pesantern dan masjiditu jelas-jelas SARA. Sebagai mantan jurnalis bohong besar kalau Setiyardi tidak mengetahui kekuatan dari sebuah judul tulisan yang ditempatkan sebagai Headline sebuah Tabloid. Dan sasaran penyebaran tabloid tersebut di Pesantren dan Masjid. Disini sangat jelas bahwa tabloid dengan judul-judul tulisan seperti itusudah pasti membawa misi khusus terselubung. Benar fakta bahwa Caleg PDIP berjumlah 184 orang non Muslim. Tetapi itu baru Caleg dan belum tentu terpilih. Demokrat dan Golkar juga mempunyai Caleg Non Muslim dengan jumlah yang setara, begitu juga dengan PAN dan PKS yang punya segelintir Caleg Non Muslim. Mengapa untuk itu tidak disebarkan beritanya ke pesantren dan masjid?

3).Pada pointketiga pernyataan Setiyardi diatas yang bisa digaris bawahi : Sebagai warga DKI Setiyardi kecewa dengan Jokowi karena menjadi Capres sehingga harus dikritik cara menerbitkan dan mengedarkan tabloid Obor Rakyat. Siapa orangnya yang kira-kira akan percaya dengan pernyataan Setiyardi seperti ini? Apalagi di status Facebooknya Setiyardi berdoa agar PDIP tidak memimpin bangsa ini. (Setiyardi dan Darmawan sama-sama pembenci PDIP).

Dalam kapasitas apa Setiyardi bisa mengklaim aspirasi dirinya sebagai Warga DKI yang punya hak mengkritisi dengan cara-cara tidak lazim seperti itu? Ingin mengkritisi tetapi malah membuat selebaran-selebaran gelap untuk membunuh karakter tokoh yang ingin dikritisi.

Dan simaklah pernyataan Setiyardi bahwa Jokowi harus berterima kasih kepada dirinya karena tabloid Obor Rakyat membuat Jokowi mendapatkan simpati dari rakyat. Disini terlihat sangat jelas secara tersirat Setiyardi sudah mengakui bahwa dirinya mendzalimi Jokowi.

4) Mengupas point ke 4 yang dikatakan Setiyardi bahwa Obor Rakyat adalah Jurnalisme Warga ini sungguh sangat tidak berdasar. Yang disebut Jurnalisme Warga adalah warga menginformasikan suatu hal kepada Media Resmi dan olehmedia tersebutdibagikan/ dipublish dengan tujuan informasi tersebut dapat bermanfaat bagi warga. Contoh tentang laporan arus mudik lebaran itu adalah informasi umum yang dipublish secara terbuka, sementara tabloid Obor Rakyat diedarkan secara sembunyi-sembunyi/ illegal dengan konten yang sangatkental dengan provokasi politik.

Salah satu bentuk Jurnalisme Warga mungkin adalah Kompasiana yang sudah berdiri sejak tahun 2008. Admin menyediakan ruang bagi public untuk beropini maupun melakukan reportase secara terbuka dan bebas.Opini dan reportase berada pada tanggung jawab penulisnya dan Kompasiana hanya memfasilitasinya saja dengan term of contion tertulis.Tulisan bisa dibaca siapa saja dan bisa dikomentari siapa saja. Tulisanpun dapat disanggah maupun dituntut bila melanggar UU ITE. Seperti inilah salah satu bentuk Jurnalisme Warga selain reportase umum seperti Info Mudik Lebaran dan lainnya.Bukan sekali-sekali diedarkan secara sembunyi-sembunyi di tempat-tempat yang menjadi target dan berkaitan dengan musim Pemilu.

SUMBER,

http://nasional.kompas.com/read/2014/06/12/1544390/Dewan.Pers.Obor.Rakyat.Bukan.Produk.Jurnalistik

http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/14/105037/2608057/1562/pimred-obor-rakyat-klaim-tak-lakukan-black-campaign

http://nasional.kompas.com/read/2014/06/14/1712455/Pemred.Tabloid.Obor.Rakyat.Tidak.Menyesal

http://nasional.kompas.com/read/2014/06/14/1522249/Pemred.Obor.Rakyat.Sakit.Hati.terhadap.Jokowi?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kpopwp


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun