Mohon tunggu...
Padri Hans
Padri Hans Mohon Tunggu... Insinyur - Rohaniwan, jurnalis, dan pemerhati masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, seni, dan lingkungan hidup.

Rohaniwan, jurnalis, dan pemerhati masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, seni, dan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andai saya Ahok

23 Desember 2016   00:37 Diperbarui: 29 Desember 2016   12:50 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Andai saya Ahok

Sebagai rohaniwan, cara pandang saya melihat ketidakadilan yang dialami Ahok sebagai suatu kairos bagi Ahok untuk menunjukkan jati dirinya sebagai seorang murid Yesus sejati. Dan sekaligus sebagai suatu kesempatan bagi Ahok untuk mendemonstrasikan keadilan Allah terhadap aparatur hukum yang lebih taat kepada tekanan massa tinimbang taat kepada Allah yang Mahaadil. Kita percaya sekali bahwa kebenaran firman Tuhan ini merupakan suatu keniscayaan. 

 

Andai saya Ahok, saya akan meminta hakim untuk segera memutuskan dirinya dihukum saja tanpa perlu ada pembelaan dan persidangan lagi untuk memenuhi orgasme massa dan musuh-musuh politiknya yang sedang melakukan onani politik. Saya melihat dengan hakim menolak nota keberatan Ahok dan penasihat hukumnya dengan cara tidak mengindahkan putusan MK nomor 84 tahun 2012, yang jelas-jelas menyatakan bahwa Pasal 156 a itu memang harus ada peringatan terlebih dahulu sebelum diterapkan pidana kepada seseorang yang dianggap menodai agama, maka seluruh rakyat Indonesia sudah bisa melihat akhir dari perkara Ahok ini, yaitu Ahok akan ...... kecuali Tuhan Yesus mengadakan .....

 

Semua akal sehat rakyat Indonesia tahu bahwa Ahok itu hanyalah korban politik pilkada dan pilpres ke depan. Ahok tidak menista agama dan ulama serta siapapun. Cermati pendapat Buya Syafii Maarif, tokoh Muhammadiyah yang penuh integritas. Juga para tokoh cendekiawan muda NU berpendapat yang sama bahwa tidak ada penistaan agama. Niat pun tak ada, apalagi secara bahasa. Ahok jelas korban penzoliman asli. Semua tahu, tidak perlu dibahas lagi, bagaimana Ahok berjuang untuk keadilan sosial bahkan berkarya terhadap rakyat khususnya yang beragama Islam sejak ia menjadi Bupati Belitung Timur hingga Gubernur DKI Jakarta. Siapa yang dapat menyangkalinya?

 

Sebagai murid Yesus, andai saya adalah Ahok, saya akan taati Firman Tuhan ini bekerja; *1Korintus 6:7b, 9,10:* "Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan? Atau tidak tahukah kamu, bahwa *orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?* Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu *tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.* Betapa malang dan nistanya mereka!

 

Jadi, aparatur hukum yang sudah berlaku tidak adil, yang sedang, dan akan terus berlaku tidak adil kepada Ahok melalui sandiwara persidangan yang membuat saya terbahak-bahak geli yang tidak lucu hingga mau muntah rasanya, *so pasti* ya *so pasti* nasibnya sama persis dengan orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu *tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Jadi, sesuai penegasan firman Tuhan bahwa *MEREKA YANG TIDAK ADIL ITU, TIDAK MENDAPAT TEMPAT DI DALAM KERAJAAN ALLAH ALIAS BINASA*  Betapa malang dan nistanya mereka!

 

Ini yang akan saya lakukan andaikata saya adalah Ahok! Sebagai murid Kristus sejati, Ahok inilah kesempatanmu untuk siap menerima kerugian dan menerima ketidakadilan yang dilakukan manusia pongah dan bebal DEMI MENYENANGKAN YESUS TUHAN DAN JURUSELAMAT SATU-SATUNYA. AMIN!  Namun ingatlah, seperti kata Pdt. Eka Darmaputera (alm), "Kekristenan menegaskan bahwa secara intrinsik di dalam dirinya, kejahatan menyimpan benih-benih penghancuran dirinya sendiri (self destructive). Di balik semua kegagahan dan keperkasaannya, di dalam tubuh kejahatan ada sel-sel "kanker" yang menggerogotinya, dan akhirnya akan membinasakannya. Atau lebih tepat lagi, setiap kali kejahatan itu mempraktikkan kejahatannya, ia sedang menghancurkan dirinya sendiri. Seperti mengisap rokok. Setiap sedotan yang nikmat itu membinasakan." Hok, itu pasti yang akan terjadi dengan mafia politik yang berkolaborasi dengan oknum-oknum aparat keparat yang menzolimimu. Jalankan saja Roma 12:12, "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" Benar yang kau bilang, kursi yang kau duduki tiap hari Selasa bukan kursi pesakitan karena kau memang bukan koruptor atau kriminal, tapi itu adalah kursi singgasana seorang yang terhormat. Bersukacitalah karena mereka yang menghalalkan segala cara supaya bisa menduduki kursi gubernur DKI Jakarta, sejatinya sedang mau menghancurkan dirinya sendiri. Mereka sedang minum racun tapi berharap kau Hok yang akan mati hahahaha.... Andaikan Tuhan Yesus tidak menghendaki kau menjadi gubernur lagi, percayalah kau akan ditinggikan-Nya seperti Ia meninggikan Yusuf di kerajaan Firaun demi kemuliaan-Nya sendiri.

 

Ahok kuatkan dan tabahkanlah hatimu, meski kawan partai politikmu akan meninggalkanmu nanti karena saya cermati mereka juga setengah hati mendukungmu, tapi ada milyaran orang di dunia ini yang pasti bersimpati dan berempati kepadamu. Sebab keadilan dan kebenaran adalah milik Allah yang disukai manusia waras dan tulus. Terutama Allah Tritunggal sebagai penolong utama yang senantiasa menyertaimu dan sekali-kali tidak akan membiarkanmu dan sekali-kali tidak akan meninggalkanmu (Matius 28:20, Ibrani 13:5). Hok, imani dan amini firman Tuhan dalam *Roma 8:31*, *"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?"*

 

Salam kasih teriring doa,

[Padri Hans, Bandung, 12.00 WIB, Jumat, 23 Desember 2016].

*Ut omnes unum sint*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun