Mohon tunggu...
Revalina Agustin
Revalina Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggunaan Sampah Berlebihan di Kutai Timur

3 Oktober 2025   23:05 Diperbarui: 3 Oktober 2025   21:18 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


        Kutai Timur tercatat menjadi salah satu dari lima daerah diKalimatan Timur dengan pengelolaan sampah masih dibawah standar nasional. Halini juga dibenarkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim, AnwarSanusi. Penggunaan sampah plastik di Sangatta. Menurut, PLT Kepala DinasLingkungan Hidup (DLH) Kutai Timur, Dewi Dohi volume sampah yang dihasilkanmencapai 224,43 ton sampah per hari, sekitar 50 persen dari dua kecamatansangatta utara, dan sangatta selatan, kedua kecamatan menghasilkan per harimencapai 110 ton sampah per harinya. Total produksi sampah di kabupaten KutaiTimur pada tahun 2024 menurut DLH mencapai 81.915,13 ton. Padahal jumlahpenduduknya sekitaran 433.330 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan. Jumlah sampahyang berlebihan ini, jika tidak di tindak lanjutkan maka akan terus bertambahtiap tahunnya dalam penggunaan sampah terutama sampah plastik di Kutai Timurkarena, penggunaan ini tidak hanya berdampak pada lingkungan saja tetapi jugaberdampak pada ekosistem dan makhluk hidup.

 

       Dampak dalam penggunaan sampah berlebihan apalagi membuang sampah sembarangan itu juga berdampak buruk pada lingkungan, dapat menyumbat aliran air, berdampak banjir, lingkungan terlihat kotor tidak bersih, bau, dan tidak nyaman, serta penggunaan sampah plastik yang terus di urai menjadi partikel partikel kecil (mikroplastik) dapat mencemari air dan masuk ke dalam rantai makanan sampai ke makanan manusia yang menyebabkan bahaya seperti, risiko kanker, gangguan pada organ tubuh, dan terdampat zat yang beracun bagi ibu hamil serta janin. Sampah yang terus dibakar terutama sampah plastik dia dapat menghasilkan gas beracun yang dapat mencemari udara sekitar dan bahaya bagi makhluk hidup serta ekosistem yang ada, pembakaran sampah plastik juga membutuhkan bahan bakar fosil dan penggunaan ini dapat menghasilkan efek gas rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global. 

 

        Solusi yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kutai Timur dalam menciptakan lingkungan yang bersih. Wakil bupati Kutai Timur, Mahyunadi baru baru saja mengunjungi TPST-BLE (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu-Berbasis Lingkungan Edukasi) di Purwekerto, Banyumas Jawa Tengah, karena dalam penggunaan konsep ini peningkatan volume yang digunakan tepat, efisien, disini juga sampah sampah dipisah, produksi kompos, dan manajemen bank sampah. Mahyunadi menyatakan ingin mengikuti konsep ini dalam mengatasi sampah berlebihan di Kutai Timur. Dalam melakukan program ini bertujuan untuk mengeliminasi sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mengganti dengan sistem pengolahan terpadu dan produktif. Tujuan utamanya pengolahan sampah organik menjadi produk bernilai ekonomi, serta peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Program ini juga tidak hanya menjadi solusi lingkungan, tetapi juga menjadi solusi lapangan kerja baru, dan mendorong ekonomi di Kutai Timur. 

     

       Dan solusi dari saya tidak hanya melibatkan pemerintah saja tetapimasyarakat tetap harus ikut terlibat dalam menciptakan lingkungan yang bersih bebasdari sampah berlebihan, dengan cara mengurangi penggunaan sampah sekali pakai,membiasakan membawa wadah isi ulang sendiri, pengelolaan sampahnya diperbaikilagi dengan pengolaan sampah organik dan anorganik, agar dapat dibedakan mana sampahyang dapat di daur ulang dan tidak dapat di  daur ulang, melakukan sosialisasi dan edukasi di setiap RT/RW dalam kesadaran pemakaian sampah sekali pakai serta pembuangan sampah, agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai yang akan menjadi limbah mengakibatkan banjir, menghambat saluran, melakukan kolaborasi masyarakat dalam berpartisipasi bergotong royong dalam pengelolaan sampah, menciptakan lingkup hijau agar lingkungan terlihat lebih segar dan sehat, mengadakan pengawasan yang ketat dalam menggunakan sampah sekali pakai dan dalam pembuangan sampah yang baik dan benar, 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun