Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ancaman Perilaku Kekerasan; Awasi Ponsel Anak

20 Juni 2019   19:56 Diperbarui: 29 Juni 2021   09:13 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ancaman Perilaku Kekerasan; Awasi Ponsel Anak | IDNTimes

Mungkin Anda pernah membaca ini: penemu fb dan pemilik system gadget atau para ahli bidang telematika umumnya membatasi anaknya untuk bermain gadget. Kita lihat saja Bill Gates. Pendiri raksasa software Microsoft ini tidak membolehkan ketiga anaknya punya ponsel sendiri sebelum umur 14 tahun. Padahal rerata anak seusianya umumnya sudah punya ponsel sendiri untuk komunikasi dan bermain game.

Meskipun jika mereka sudah diperbolehkan memiliki ponsel, Gates tetap mengatur penggunaannya dengan ketat. Karena Gates berpendapat bahwa ponsel dapat mengubah kebiasaan seseorang. Mereka akan lebih sibuk menatap layar dibanding bersosialisasi dengan orang lain, termasuk bermain dengan rekan sebaya atau bercanda dengan keluarga.

Baca juga: Kekerasan di Televisi

Teknologi memang berkembang sedemikian pesat dan internet serta ponsel adalah sesuatu "ancaman" baru bagi perkembangan psikologis anak. Dia juga berpengaruh pada beberapa hal di dunia seperti kekerasan dan terorisme.

Dari data yang dilakukan di Amereka Serikat didapatkan pada tahun 2009 diketahui bahwa anak-anak menikmati televisi sampai lima jam setiap harinya. Tak hanya itu, permainan game pun mampu dimainkan anak-anak ini hingga berjam-jam. Padahal tak jarang dua tayangan itu mengandung kekerasan. 

Masih dalam studi di atas ditemukan bahwa 70 persen dari acara teevisi mengandung kekerasan dan 91 persen dari game yang dimainkan anak ternyata mengandung kekerasan. Padahal sebagian acara televise dan sudah dilabeli tanda bahwa tayangan itu diperuntukkan bagi dewasa. Tapi pada tataran lapangan, tayangan itu biasanya dilihat juga oleh anak-anak pada usian rerata di bawah 10 tahun.

Baca juga: Lawakan dan Kekerasan di Televisi

Penelitian itu juga mengungkap bahwa tiga dari empat remaja modern punya akses untuk memiliki dan menggunakan ponsel pintar dan internet. Ini berimbas pada banyak hal diantaranya mereka akan alami emosi dan depresi, terutama setelah melihat tayangan-tayangan itu.

Tak hanya sampai di situ. Penelitian ini rupanya ditanggapi oleh American Academy of Pediatrics (AAP). Lembaga ini mengungkapkan bahwa anak-anak yang terpapar adegan kekerasan secara virtual, pada akhirnya alami pengingkatan kekerasan virtual dan juga lebih agresif dalam berhubungan sosial. Secara teoritik dan dalam kajian-kajian psikologi empiris didapat bahwa anak punya kecenderungan untuk meniru apa yang mereka lihat sehingga bisa mereka bawa kepada perilaku sehari-hari. Mereka bisa lebih keras dan agresif dibanding tayangan yang mereka lihat itu.

Karena itu bisa dikatakan bahwa pengaruh virtual itu bisa lebih berbahaya daripada hanya melihatnya saja. Seseorang atau remaja bisa lebih beringas manakala marah kepada teman saat dia tak mendapat hak sama soal bermain sepakbola misanya. Dengan kemarahan, dia bisa menyerang dan menbuat rekannya tak berdaya. Di benaknya mungkin tayangan-tayangan kekerasan yang sering dia liat di televise berputar-putar di kepalanya.

Baca juga: Stop Kekerasan Seksual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun