Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Maya Bukan untuk Provokasi SARA

24 Januari 2018   06:43 Diperbarui: 24 Januari 2018   08:37 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waspada Hoax - kominfo.go.id

Perkembangan teknologi memang tak dapat dibendung. Begitu juga perkembangan dunia maya, yang terus menyesuaikan perkembangan zaman. Melalui sebuah smartphone, segala sesuatunya bisa dilakukan dengan mudah. Mulai mencari informasi, mencari teman, menyebarkan informasi, hingga untuk urusan pembayaran dan pekerjaan, semuanya bisa dilakukan melalui kecanggihan teknologi. Begitu juga dengan informasi dari berbagai belahan dunia ini, baik itu yang mengandung nilai positif ataupun negative, juga mencari perhatian publik. Itulah kenapa, jika kita tidak membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan informasi yang valid, maka kita akan menjadi pribadi yang mudah diombang-ambingkan.

Tak bisa dipungkiri. Dunia maya saat ini tidak hanya digunakan sebagai media untuk penyebaran informasi dan saling interaksi, tapi juga menjadi ajang untuk saling provokasi. Dunia maya telah dimanfaatkan oleh sebagian oknum, untuk mendapatkan simpati publik di tahun politik seperti sekarang ini. Dunia maya seringkali digunakan untuk menyebarkan informasi hoax, agar masyarakat tidak mendapatkan informasi yang valid. Informasi hoax ini merupakan bagian dari upaya masyarakat untuk menggiring opini masyarakat. Misalnya, pasangan calon gubernur A dikatakan tidak mendukung kelompok agama tertentu. Jika masyarakat tidak melakukan klaraifikasi dan langsung membenarkan, hal ini bisa mendorong terjadinya konflik di tengah masyarakat.

Provokasi merupakan hal yang tidak relevan dengan budaya di Indonesia. Bahkan, agama apapun yang ada di negeri ini, juga mengajarkan agar senantiasa menyebarkan kebenaran, bukan provokasi. Sebagai Negara muslim terbesar di dunia, semestinya tidak ada provokasi di Indonesia. Karena Islam tidak pernah mengajarkan provokasi. Sebaliknya, Islam justru menganjurkan dan menjujung tinggi nilai nilai kemanusiaan dan perdamaian.

Di tahun politik ini, dunia maya sudah mulai marak dipenuhi informasi yang menyesatkan. Informasi yang berisi kebencian, untuk menjatuhkan pasangan calon yang maju dalam perhelatan pilkada. Kita bisa berkaca pilkada DKI 2017 yang lalu. Begitu masifnya dunia maya memberitakan kejelekan orang lain, begitu masifnya pihak-pihak yang mencari kejelekan orang lain, bahkan organisasi penyebar kebencian seperti Saracen, mendadak muncul menawarkan jasa penyebaran kebencian. Mari kita introspeksi diri. Seperti itukah kita? Seperti itukah masyarakat Indonesia? Mari kita berkomitmen, untuk tidak merusak pilkada serentak di 2018 ini dengan berbagai provokasi.

Jadilah orang yang aktif menyebarkan provokasi perdamaian. Virus damai harus terus dijaga dan disebarluaskan, agar masyarakat yang toleran ini, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kejujuran dan keadilan. Harapannya, masyarakatnya pun juga lebih toleran dan tidak ada upaya untuk saling benci dan menjatuhkan.

Dunia maya dengan kecanggihannya, harus dikembalikan ke jalurnya. Tidak boleh lagi dunia maya dipenuhi dengan berbagai ujaran kebencian dan provokasi. Saat ini, kelompok radikal dan teroris seringkali melakukan propaganda radikalisme di dunia maya. Mereka juga seringkali memunculkan tutorial merakit bom. Akibatnya, serangan teror yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini adalah bukan orang yang terlibat dalam jaringan teroris saja. Melainkan orang yang didasari rasa suka tidak suka juga bias melakukan pengeboman. Jika di tahun politik ini provokasi SARA terus dilakukan, tentu akan semakin mendekatkan negeri ini pada jurang kehancuran. Semoga bisa jadi renungan buat kita semua. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun