Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membebaskan Indonesia dari Tindakan Intoleran

2 Januari 2018   17:06 Diperbarui: 2 Januari 2018   17:12 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai (metrotvnews.com)

Kita baru saja melewati pergantian tahun. Dan saat ini, kita sudah memasuki awal 2018. Banyak yang berharap, tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. 

Tahun 2017 memang telah memberikan berbagai kemajuan. Tapi tahun kemarin juga telah memberikan kita banyak pelajaran. Salah satunya maraknya perilaku intoleran, yang seharusnya tidak diulangi lagi di tahun 2018. 

Ujaran kebencian begitu masif terjadi di dunia maya dan dunia nyata. Bahkan, tindakan persekusi pun juga berkali-kali menghiasai 2017. Lalu, mungkinkah kita membersihkan 2018 dari segala tindakan intoleran?

Pertanyaan diatas hanya bisa dijawab, jika semua masyarakat mempunyai komitmen bersama untuk mewujudkan Indonesia damai. Komitmen itu penting agar upaya tersebut menjadi upaya semua pihak, bukan hanya sebagian orang saja.

Seperti kita tahu, provokasi radikalisme di dunia maya begitu masif dalam beberapa tahun terakhir. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang awalnya berpikir rasional, seketika langsung berubah irasional ketika disusupkan sentimen SARA. Jika masyarakat terbelah, tentuk upaya untuk mewujudkan Indonesia damai akan sulit terwujud. 

Begitu juga jika kesadaran itu hanya muncul di beberapa orang saja. Akan sulit membebaskan 2018 dari berbagai ujaran kebencian dan tindakan intoleran lainnya.

Sementara, di tahun 2018 nanti akan ada pemilihan kepala daerah di 171 daerah. Tentu saja ini hal yang paling dinanti oleh semua orang. Tidak hanya bagi partai politik dan masyarakat, tapi juga kelompok radikal dan intoleran yang berupaya memanfaatkan momentum ini untuk merusak suasana. 

Dalam konteks ini, pilkada DKI Jakarta memberikan kita banyak pelajaran. Upaya kelompok intoleran yang mulai masuk ke ranah politik, membuat semuanya menjadi kacau. Rasionalitas masyarakat terganggu, akibat maraknya informasi hoax yang memang sengaja dimunculkan. Suara pemilih sengaja 'dipecah' melalui keberadaan kelompok radikal. Dan hal yang pernah terjadi di DKI ini, tidak menutup kemungkinan terjadi di tahun politik ini.

Meski demikian, kita harus tetap optimis. Indonesia mampu melewati tahun politik di 2018 dan 2019 dengan suka cita. Mari kita sebarkan pesan-pesan positif yang bisa memberikan kedamaian bagi semua pihak. Mari jauhkan negeri ini dari segala bentuk pesan negatif. Semua pihak, mulai dari elit hingga partai politik, harus mampu memberikan pendidikan politik yang baik. 

Pendidikan ini tidak hanya berisi ucapan tapi juga tindakan yang baik. Jangan pernah memprovokasi publik, dengan sentimen SARA yang bisa berpotensi memicu terjadinya konflik. Masyarakat juga harus mulai melek informasi. Jangan mudah diprovokasi dengan informasi hoax. Cek ricek informasi, serta klarifikasi ke pihak yang tepat untuk memastikan informasi tersebut benar atau tidak.

Para tokoh agama, ulama dan habaib, juga harus aktif memberikan ceramah yang menyejukkan. Masyarakat yang menyimpang, harus segera diluruskan dengan memberikan pemahaman yang benar. Jika melihat pola kelompok radikal, mereka seringkali menggunakan ayat-ayat suci untuk mendapatkan dukungan publik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun