Tradisi tahlilan masih terus dipertahankan sebagai bagian dari keagamaan di kalangan masyarakat Muslim Indonesia. Tradisi ini dilakukan sebagai penghormatan dan doa bagi yang telah meninggal, umumnya digelar dari malam pertama sampai ketujuh setelah kematian, kemudian dilanjutkan pada hari ke-40, ke-100, dan acara haul tahunan. Nilai-nilai spiritualitas dan kebersamaan tercermin dalam pelaksanaan tahlilan. Pembacaan surah Yasin, tahlil, dan doa bersama untuk almarhum menjadi rangkaian acara tersebut. Biasanya, keluarga yang ditinggalkan menyajikan hidangan sederhana sebagai bentuk sedekah setelah acara berlangsung. Ini adalah waktu yang tepat untuk bersilaturahmi dan saling mendoakan di antara sesama warga.
Tradisi ini memperlihatkan partisipasi keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar secara bersama-sama. Sebagai simbol solidaritas sosial, kehadiran mereka menunjukkan empati kepada keluarga yang berduka dan mengingatkan bahwa kematian adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan manusia. Tahlilan memiliki arti lebih dari sekadar ritual, karena juga mengandung nilai-nilai budaya dan sosial. Beberapa daerah mengadakan persiapan tahlilan secara kolektif, mulai dari menyiapkan lokasi, peralatan, sampai makanan untuk acara tersebut. Tahlilan menunjukkan perannya sebagai ruang untuk menjaga dan memperkuat nilai kekeluargaan serta kerukunan warga.
Tahlilan, meskipun bukan praktik ibadah wajib dalam Islam, telah menjadi bagian dari budaya spiritual umat Islam di Indonesia yang menunjukkan kekhasan ekspresi keagamaan mereka. Tahlilan menjadi momen masyarakat untuk menunjukkan perhatian terhadap sesama dan berdoa bagi arwah yang telah lebih dulu pergi. Momen tahlilan juga memberikan kesempatan untuk berdiam diri dan berfikir. Dalam kesibukan aktivitas harian, tahlilan menjadi momen untuk mengingatkan kita akan pentingnya amal baik, memperkuat hubungan dengan Tuhan, dan mempererat tali persaudaraan di antara manusia.
Di zaman modern yang semakin individualistik, tradisi seperti tahlilan tetap memiliki relevansi karena menyimpan nilai-nilai kemanusiaan yang sangat dalam. Warisan budaya ini juga memiliki aspek spiritual yang perlu dilestarikan dan dipahami maknanya, bukan semata-mata sebagai tradisi turun-temurun, melainkan sebagai kesadaran kolektif untuk saling mendoakan dan menguatkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI