Mohon tunggu...
Raden Kumbara Eriantono
Raden Kumbara Eriantono Mohon Tunggu... -

dapat dijumpai di http://ugilugil.blogspot.co.id dan di http://www.resepkulinerenak.com suka makan, suka masak, suka nulis dan suka tidur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Daeng Soetigna dan Angklung Diatonis

13 Mei 2016   19:47 Diperbarui: 13 Mei 2016   20:05 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari ini, Jumat 13 Mei 2016, Google Doodle Indonesia memasang tema Daeng Soetigna, memperingati ultah ke-108, Daeng Soetigna lahir di Garut pada 13 Mei 1908, siapakah beliau ini? Siapakah Daeng Soetigna? ternyata beliau adalah seorang guru yang lebih dikenal sebagai pencipta angklung diatonis. Untuk mengenang jasanya maka angklung diatonis ciptaan beliau diberi nama "Angklung Padaeng". 

Kemudian apa yang dimaksud angklung diatonis itu? Angklung diatonis adalah angklung yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan nada-nada diatonis, nada diatonis terdiri dari tujuh buah nada yang berjarak satu dan setengah nada. Nada diatonis atau tangga nada diatonis adalah seperti yang banyak kita kenal sekarang ini, yaitu do re mi fa sol la si do atau C D E F G A B C (nada diatonis mayor). Dengan menciptakan angklung yang dapat menghasilkan nada diatonik tersebut maka angklung dapat memainkan musik-musik internasional, sehingga angklung bisa dikenal luas di dunia internasional seperti sekarang ini. 

Sebelumnya angklung yang ada hanya bisa memainkan nada pentatonis, tangga nada pentatonis hanya terdiri dari lima nada pokok (Penta yang berarti lima; dan Tone yang berarti nada). Nada-nada dalam tangga nada pentatonis tidak dilihat berdasarkan jarak nada, melainkan berdasarkan melalui urutannya dalam tangga nada. Contoh nada pentatonis adalah dalam urutan seperti ini C D E G A C (fa=F dan si=B tidak terpakai). Alat-alat musik tradisional kebanyakan memakai tangga nada tipe ini. 

Daeng Soetigna meninggal di Bandung, Jawa Barat, tanggal 8 April 1984 pada usia 75 tahun, namun jasanya tetap patut kita ingat sepanjang masa. Berkat "Angklung Padaeng" bukan halangan lagi bagi kita untuk memainkan nomor klasik "Air for G String" karya Johan Sebastian Bach, "Blue Danube Waltz" karya Johan Strauss, atau "Li Biamo Ne Lieti Calici" karya Giuseppe Verdi. Terima kasih Pak Daeng.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun