Sehabis istirahat, kuhidupkan tv kecilku. Dalam hati ada penasaran juga ingin mengetahui perkembangan aksi mahasiswa menolak rencana kenaikan BBM hari ini. Pasalnya, menurut berita TNI juga ikut-ikutan menjaga aksi tersebut.. "Wah pasti seru nih"..pikirku. Berita tentang aksi tersebut kudengar secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya..:). Di surabaya wakil walikota ikut turun, di Solo juga demikian. Di Makassar, terjadi bentrok antara warga dan mahasiswa, katanya warga tidak sepakat dengan cara mahasiswa yang mengganggu ketertiban umum. Ada pula beberapa stasiun tv mengatakan bahwa hal tersebut karena "warga" tersebut di back up ma polisi, aku gak tahu.. Aku teringat kejadian tahun 2010, waktu itu kebetulan aku masih kuliah dikampus I pascasarjana UIN Alauddin Makassar. Kejadiannya begini; setelah oknum polisi menyerang sekretariat HMI di Bottolempangeng menyebabkan hal itu dibalas oleh HMI dengan demo besar besaran di berbagai titik di Makassar. Waktu itu tidak ada niat untuk "ikut-ikutan", tapi depan kampus saya kaget ketika salah seorang dosen yang saya sangat segani ikut orasi di atas mimbar. "saya alumni HMI, jika ada yang menyerang sekretariat saya, kalau kalian tidak mau peduli, biar hanya saya yang peduli". Kalimat tersebut membuat saya tergugah, kuparkir motor bututku, masuk kampus, aku sempat minta ijin dengan dosen yang mengajar di kelas saya. Dosenku sempat mengatakan, "ooh bagus itu, jangan kembali kalau tidak dapat apa-apa yah?". Segera kubergabung dengan ratusan mahasiswa yang waktu itu sudah berhadapan dengan barikade polisi. Sekitar jam 4.00 sore, tiba-tiba serombongan "warga" datang dari belakang barikade polisi sambil melempar kami (mahasiswa+saya). Akibatnya membuat mahasiswa panik sebentar dan kemudian membalas. Perang batu terjadi, karena kami lebih banyak, "warga" tersebut mundur ke belakang barikade yang disusul tembakan gas air mata dari polisi. Kejadian bergantian tersebut berlangsung beberapa kali. Beberapa stasiun tv yang ada kemudian menyiarkan bahwa terjadi bentrok antara mahasiswa melawan warga masyarakat dst.."Ini tidak adil", pikirku. Segera kuambil inisiatif memberitahu stasiun tv tersebut, tapi sayang wawancara itu tidak ditayangkan. Merasa tidak berhasil, kucoba bergabung dengan "warga" yang ada di belakang barikade (kebetulan pakaian yang kukenakan agak formal). Dengan sedikit basa-basi saya sempat berbincang dengan seorang dari mereka tentunya dalam kondisi perbincangan tidak normal, dan...seperti yang kukira, ternyata mereka bukan warga dari sekitar UIN Alauddin, tapi didatangkan dari daerah sudiang (daerah perbatasan yang jauh dan berbeda jalur dari jalan depan UIN).. ketika kutanyakan siapa yang mendatangkan, mereka jawab tidak tahu, kami dijemput..aneh.. Segera kukembali ke barisan mahasiswa, dan berteriak agar mereka tidak terprovokasi. Kuambil kamera, kurekam kejadian yang bisa kurekam.....
***
Dengan gaya teamlo kubersenandung "Warga membantu polisi"; lagu lama....