Mohon tunggu...
Muhamad Hamka
Muhamad Hamka Mohon Tunggu... -

"Yang tertulis akan abadi"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menggugat Kepedulian Tokoh NTT

6 Juli 2012   04:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menarik membaca tulisan Bung Ferly Norman “SBY Khianati Rakyat NTT, Tumpahan Minyak oleh Australia Tak di Bahas.” Tulisan Bung Ferly ini membangun kesadaran kita semua, bahwa pemimpin negeri ini tak begitu sensitive dengan persoalan yang mendera rakyatnya di daerah-daerah yang bukan kantong dolar.

Sesungguhnya, bukan hanya persolan tumpahan minyak mentah perusahan PTTEP Australia di Laut Timor ini saja pemerintah pusat tak peduli dengan NTT, tapi juga pada pelbagai persoalan yang berlangsung di NTT. Memang hal ini tidak berdiri sendiri tapi juga di dukung oleh mentalitas korup sebagaian besar birokrat NTT.

Ini memang ironis, karena NTT adalah salah satu provinsi paling miskin di Indonesia, tapi korupsinya berbanding lurus dengan kemiskinan tersebut. Sehing tak heran kalau masyarakat NTT sering mempelesetkan kepanjangan NTT sebagai (Nasib Tak Tentu), (Nanti Tuhan Tolong) dan sebagainya.

Kembali kepada persoalan tumpahan minyak Australia diatas. Masalah ini akan menjadi perhatian serius pemerintahan SBY kalau ada preasure dari elemen masyarakat NTT. Tapi saya melihat mulai dari pemeritahan Frans Lebu Raya dan Esthon Foenay selaku Gubernur dan Wakil Gubernur NTT hingga elemen sipil lainya tak begitu ambil pusing pada persoalan ini. Terkecuali beberapa LSM local yang getol mempersoalkan masalah ini.

Padahal dampak dari tumpahan minyak tersebut berpengaruh besar pada prekenomian masyarakat nelayan NTT. Ingat, NTT adalah salah satu provinsi kepulauan, dimana banyak masyarakat yang menyandarkan hidupnya pada profesi nelayan. Sehingga dengan tumpahan minyak perusahan PTTEP Australia ini, akan merusak biota laut yang ujungnya berimplikasi pada berkurangnya hasil tangkapan ikan para nelayan.

Sebetulnya ini adalah tugas wakil rakyat(DPR dan DPD) asal NTT untuk mendesak SBY, guna serius membicangkan persoalan ini dengan Australia. Saya jadi heran apa kerja wakil rakyat NTT ini di Senayan. Apakah mereka sudah lupa dengan persolan tiga tahun lalu tersebut. padahal NTT memiliki wakil rakyat yang cukup vokalo di Senayan. Tapi ironis kevokalan tersebut tak di efektifkan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat di NTT sana.

Untuk menyebut beberapa nama wakil rakyat NTT di Senayan sana. Ada Benny K Harman dan Jefri R Kore di Demokrat, Setya Novanto dan Melkias Mekeng di Golkar, Pius Lustrilanang di Gerindra, Saleh Husin di Hanura, Laurensius Bahang Dama dari PAN, Herman Hery dari PDIP dan sebagainya.

NTT, juga tak kurang dengan Jurnalis handal dan akademisi kritis yang bertebaran di pelbagai media nasional dan kampus ternama. Sebutlah Don Bosco Selamun (Pemred Liputan 6 SCTV), Rikard Bagun (Pemred Kompas), Gaudensius Suhardi (Redaktur MI) dan sebagainya. Juga ada Boni Hargens (pengamat Politik UI), Prof. Tobby Mutis (Mantan Rektor Trisakti), Kornelis Lay (Ketua Jurusan Ilmu politik UGM), Prof. Alex Lanur (Mantan Rektor STFK Driyakarya) dsbnya. Juga Ketua PGI Pendeta, Andreas Yewangoe.

Anda semua adalah tokoh-tokoh nasional NTT yang dibanggakan oleh sanak saudara dikampung nun jauh di Timor, Sumba, Sabu, Rote, Alor, Lembata dan Flores. Anda-anda semua mesti duduk bersama satu meja, desak SBY untuk menuntut Australia guna memenuhi tanggung-jawabnya pada rakyat NTT.

Tunjukan pada SBY dan Indonesia bagaimana cara (kita) orang NTT menuntut hak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun