Mohon tunggu...
Renza Agastha Merdeka
Renza Agastha Merdeka Mohon Tunggu... Saya merupakan lulusan Pendidikan Administrasi Perkantoran.

lulusan S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran dengan minat pada administrasi, kepenulisan, teknologi digital, pemerintahan, politik, kebijakan publik, dan pengembangan masyarakat. Saya menaruh perhatian pada perkembangan teknologi digital, data, serta isu sosial yang relevan dengan pembangunan. Prinsip saya sederhana: bekerja dengan tanggung jawab, menjunjung integritas, dan menghadirkan kebermanfaatan, sembari terus belajar dan berkembang menghadapi tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kemajuan di Ujung Jari, Tapi Masih Jauh di Pikiran

7 Oktober 2025   00:09 Diperbarui: 7 Oktober 2025   00:09 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tantangan Implementasi Teknologi (Sumber: dibuat dengan AI)

Di tengah pesatnya perkembangan zaman, teknologi kini menjadi bagian penting dalam berbagai bidang kehidupan. Banyak hal yang dulu terasa rumit, kini bisa diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien berkat sentuhan digital. Namun, ketika gagasan itu dibawa ke tingkat desa, realitanya tidak selalu semudah yang dibayangkan.

Beberapa organisasi atau komunitas di desa mulai berupaya menerapkan teknologi dalam kegiatan mereka, terutama di bidang administrasi dan pelayanan masyarakat. Harapannya sederhana agar pekerjaan bisa berjalan lebih rapi, efisien, dan transparan. Namun, dalam praktiknya, penerapan teknologi di desa sering kali menghadapi tantangan yang cukup besar. Sebagian sumber daya manusia di lingkungan tersebut masih belum terbiasa dengan sistem digital. Bagi sebagian orang, penggunaan aplikasi dianggap rumit, bahkan merepotkan. Ada pula yang belum menyadari manfaatnya, sehingga cenderung enggan untuk mencoba, belajar atau menggunakannya.

Situasi seperti ini sebenarnya sering terjadi di berbagai daerah. Mahasiswa atau akademisi yang datang ke desa membawa inovasi digital juga kerap menemui kendala yang tidak jauh berbeda. Teknologi yang diharapkan menjadi solusi justru belum bisa diterapkan maksimal karena keterbatasan pemahaman dan kebiasaan masyarakat yang masih nyaman dengan cara lama dan berbelit.

Seorang tokoh masyarakat pernah memberikan statemen, "Itulah realita di lapangan. Apa yang menurut kita cepat dan bermanfaat, belum tentu langsung bisa diterima oleh masyarakat."
Pernyataan sederhana itu cukup menggambarkan bahwa perubahan membutuhkan proses yang panjang, tidak bisa ada inovasi langsung diterapkan dan menyasar semua lapisan. Inovasi tidak hanya soal alat atau sistem, tetapi juga soal kesiapan manusia untuk beradaptasi dan menerima perubahan.

Padahal, berbagai penelitian baik nasional maupun internasional sudah membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi dalam kegiatan administrasi mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi secara signifikan. Data bisa tersimpan lebih aman, pekerjaan lebih cepat diselesaikan, dan koordinasi menjadi lebih mudah. Dengan kata lain, teknologi dapat menjadi jembatan menuju tata kelola yang lebih baik.

Melihat hal tersebut, peran pemuda menjadi sangat penting. Mereka yang memahami dan melek terhadap perkembangan teknologi diharapkan bisa menjadi penggerak sekaligus jembatan perubahan di masyarakat. Pemuda bisa membantu menjelaskan manfaat digitalisasi dengan bahasa yang mudah dipahami, serta mendampingi perangkat desa atau komunitas dalam menerapkan sistem yang sesuai dengan kebutuhan lingkungannya.

Apalagi saat ini, Indonesia sedang mendorong program Satu Data Indonesia, di mana setiap desa diharapkan mampu mengelola data secara terintegrasi dan akurat. Untuk mendukung hal ini, literasi digital menjadi kunci utama. Desa yang mampu mengelola data dengan baik bukan hanya akan lebih maju, tetapi juga lebih mandiri dalam mengambil keputusan berdasarkan data presisi yang dimiliki.

Perubahan memang tidak terjadi dalam semalam, seperti legenda Roro Jonggrang & Bandung Bondowoso yang mendirikan 1000 candi. Namun, dengan kesadaran bersama dan kemauan untuk belajar dan berkembang, desa dapat bertransformasi tanpa kehilangan jati dirinya. Teknologi hanyalah alat bantu keberhasilan sejatinya tetap bergantung pada manusianya: apakah mau bergerak bersama menuju kemajuan, atau memilih tetap berjalan di tempat dengan cara lama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun