Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Layangan Putus dan Ketakutan yang berlebihan Perihal Berumah Tangga

18 November 2019   18:19 Diperbarui: 18 November 2019   20:00 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tahu, niat teman saya ini baik mau mengingatkan saya, tapi yah gak gini juga kali caranya. Secara suami saya itu bukanlah suami si istri di layangan putus itu. Kami punya cerita cinta sendiri dan punya latar belakang yang berbeda. 

Dengan cara ini seolah kita harus selalu waspada pada kemungkinan bahwa suami itu bakalan selingkuh dan ujung dari pernikahan itu adalah perceraian. Sama seperti halnya pepatah yang bilang bahwa tak semua perempuan di dunia ini sama, begitu juga dengan lelaki. Masih banyak kok lelaki yang setia hanya pada satu wanita.

Kita memang boleh merasa waspada tapi tak boleh hidup dalam ketakutan akan sebuah kemungkinan di hari esok. Berpasrah diri saja, bila kadang Tuhan menghadirkan kejutan yang tak mengenakan dalam hidup kita, tentu Tuhan juga akan menghadirkan sebuah kejutan yang tak disangka-sangka. 

Setiap orang sudah memegang satu bendel skenario hidupnya masing-masing. Kita boleh belajar dari kegagalan orang lain, tapi kita tak boleh berporos dan menyamakan hidup kita dengan orang lain.

Ada yang bahagia hidup sendiri tanpa harus menikah. Ada yang ingin menikah tapi belum ada yang diajak menikah. Ada yang menikah lantas bahagia. Ada yang menikah tapi berujung perceraian. 

Ada yang menikah muda tapi ada juga yang menikah di usia tua. Ada yang menikah setelah mapan, namun ada juga yang menikah tanpa modal apa-apa. Semua itu kembali pada pribadi seseorang, menikah itu pilihan. Tapi hidup bahagia adalah tanggung jawab kita sendiri. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun