Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Apa Salahnya Sih, Kalau Suka dengan Film India?

18 November 2019   14:27 Diperbarui: 19 November 2019   00:00 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerap kali beberapa teman saya sering meminta saran atau rekomendasi film yang menurut saya bagus untuk ditonton. Kadang kala saya suka merekomendasikan film barat atau juga film-film Asia, seperti film Jepang atau Cina. 

Rata-rata semua welcome dengan film-film yang saya rekomendasikan tersebut, namun tanggapan atau respon beberapa teman saya cukup berbeda jika saya menyebutkan beberapa film India yang menurut saya itu film bagus dan penuh edukasi. 

Tanpa pernah melihat review atau filmnya langsung, kebanyakan dari mereka akan langsung melakukan penolakan keras.

"Ah, film India? Gak gue banget deh!"
"Ya ampun, hari gini nonton film India? Heloooowww."
"Ih, males banget nonton film yang isinya orang nyanyi-nyanyi dan joget-joget mulu!"

Saya tahu jelas berbicara masalah film itu menyangkut sebuah selera. Untuk masalah selera sendiri kita tak bisa memaksakan selera seseorang. Jika cinta tak bisa dipaksakan, maka selera pun juga menganut teori yang sama kalau menurut saya.

Tapi bukan berarti jika kita tak menyukai suatu hal, kita lantas menghakiminya dengan judge yang jelek. Kalau menurut saya, gak adil saja gitu. Mereka belum menonton filmnya tapi bisa dengan enteng bilang bahwa film tersebut gak bagus. 

Orang-orang yang suka berpikiran seperti itu seolah mereka melabeli sesuatu dengan pemikirannya sendiri secara sepihak.

Saya sendiri merupakan penikmat film India garis keras. Sejak umur empat tahun, saya sudah mulai mengidolakan Mithun Chakraborty. Meski saat itu film India hanya bercerita seputaran anak orang miskin yang suka dengan anak orang kaya lalu ditentang orang tuanya atau polisi India yang selalu terlambat datang saat si penjahat sudah dihabisi oleh tokoh utama.

Tapi saya cukup terhibur dengan adanya film tersebut. Walau sudah belasan tahun berlalu, tapi saya masih ingat jelas cerita-cerita film India di tahun 90-an. Kalau film aja hafal, coba kalau pelajaran sekolah. Mendadak amnesia. Hmm

Regenerasi tokoh India itu cukup signifikan. Saya sempat mendapati saat tokoh utama masih diperankan oleh Anil Kapoor, Akshay Kumar, Govinda, Sanjay Dutt, dan muncul generasi Shah Rukh Khan, Salman Khan, Aamir Khan, Hrinthik Roshan, hingga aktor India yang baru. 

Kalau dari puluhan film India yang saya tonton, hal yang paling berkesan menurut saya itu adalah kehadiran Tuan Takur yang diperankan oleh Amrish Puri.

Ya Tuhan, manusia legendaris ini satu-satunya orang yang membuat saya ingin pergi ke India dan melemparkan sepatu ke arahnya. Pembawaan emosionalnya kena banget pas dia akting, hingga yang nonton jadi emosi semua. 

Bahkan menurut saya, ketegasan atau kengerian yang ditawarkan oleh aktor senior seperti Amitabh Bachchan belum bisa menandingi Tuan Takur ini.

Memang sih tak dipungkiri, film India zaman dulu itu memiliki durasi waktu yang cukup panjang. Untuk satu film saja bisa menghabiskan waktu tiga sampai empat jam dan masih harus ditambah iklan yang hampir lima sampai sepuluh menit.

Belum lagi film India itu sedikit-sedikit nyanyi dan saat sendirian aja tiba-tiba di belakang mendadak banyak orang yang berjoget. Selain itu cerita yang dibawakan juga selalu seputaran percintaan yang mudah ditebak alur ceritanya. Eits, tapi itu dulu, Rahul.

Sekarang ini film India mulai menyajikan film-film dengan versi berbeda. Mulai tahun 2000-an ke atas, film India sudah begerak menyerang perfilman dunia. 

Kalau boleh jujur, bukannya saya gak cinta produk dalam negeri loh ini yah, tapi industri perfilman Tanah Air ini masih ketinggalan jauh jika dibanding dengan India. 

Saya selalu merasa film India itu dibuat secara totalitas, mereka tak pernah ragu untuk mengeluarkan dana besar dan menggunakan begitu banyak orang pembuatan filmnya. Selain itu yang saya suka dengan film India itu memiliki ciri khas atau jati diri yang menggambarkan kebudayaannya.

Mereka bahkan berani mengkritik pemerintah dan tak segan menampilkan sosok pejabat yang culas, suka menyogok, dan tukang korupsi. 

Selain itu mereka juga tak segan mengangkat tema-tema yang secra tidak langsung dianggap sebagai bentuk protes akan budaya patriarki ataupun cerita kaum minoritas di sana.

Jika ada yang sudah pernah menonton film-film Aamir Khan seperti 3 Idiots, Taare Zameen Par, Peekay, atau Dangal, tentu kita akan tahu bahwa film-film India itu gak cuma sekadar joget-joget dan nyanyi-nyanyi doang kok. 

Menurut saya rumah produksi milik Aamir Khan ini fokus dalam dunia pendidikan. Filmnya ringan, tak ada adegan joget-joget, dan tema yang diangkat pun cukup menarik kalau menurut saya. 

Dalam film Taare Zameen Par contohnya. Di film itu diceritakan kisah tentang anak lelaki yang mengalami disleksia. Padahal di sekitar kita itu banyak anak yang mengalami hal tersebut, namun banyak pula orang tua dan guru yang tak sadar akan hal tersebut. 

Ujung-ujung mereka melabeli si anak yang mengalami kesulitan membaca dan berhitung itu sebagai anak yang bodoh.

dok. imdb.com
dok. imdb.com
Masih ingat My Name Is Khan? Slumdog Millionaire? Itu adalah bukti bagaimana film-film India sudah bisa bertengger di kancah internasional. Aktor-aktornya pun mendunia dan memiliki begitu banyak fans di berbagai Negara. 

Dan bisa dibilang bahwa industri perfilman Bollywood itu menempati urutan kedua sebagai perfilman terbesar setelah Hollywood. Seperti yang kita tahu tiap tahunnya, India mampu memproduksi begitu banyak film.

Mari berpikiran terbuka untuk tidak meremehkan film India lagi. Berhenti berpikir bahwa film India itu hanya berkutat pada film Kuch Kuch Hota Hai, joget-jogetan, dan nyayi-nyayi. Sesekali tontonlah film India. Karena ada banyak film bagus yang mesti kita tonton kalau menurut saya sih.

Kalau masih tetap gak suka yah sudah, gak apa-apa, tapi lantas nyinyir sama orang-orang yang suka nonton film India. Kalau 2019 masih ada yang suka nyinyir soal film India mending kita nyanyi, "Chal chaiyya chaiyya chaiyya chaiyya" aja biar kayak Norman Kamaru yes~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun