Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Marialogi

7 September 2021   08:00 Diperbarui: 15 September 2021   08:17 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunda Maria (adiutami.com)

Sejak awal, Allah menghendaki ikatan badaniah dengan umat ciptaan-Nya dalam rangka penebusan manusia. Ikatan ini terungkap dalam diri Kristus manakala Ia lahir dari rahim seorang wanita; wanita yang "pada kepenuhan waktu" melahirkan sebagai anaknya Putera Allah sendiri yang diserahkan bagi keselamatan dunia. Ia adalah Maria yang sejak awal dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi Bunda Kristus. 

Dalam kesediaan Maria untuk menjadi Bunda Kristus inilah, maka terungkap realitas inskarnasi; Allah telah menjadi manusia. Dasar segalanya adalah pilihan Maria, sebagaimana tertulis dalam Injil Lukas: "... sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu" (Luk 1:38). 

Dalam jawaban ini tersirat ungkapan keterbukaan dan kerendahan hati, ketaatan akan kehendak Allah, relasi personal yang erat dengan Allah, kelimpahan rahmat serta ungkapan kehina-dinaan atau kehambaan Maria di hadapan Allah. Dalam hubungan ini pula, Maria mendapat tempat khusus dalam rencana keselamatan Allah.

Meskipun Maria melahirkan Sang Penyelamat dan Penebus, namun ia bukan penyelamat atau penebus. Maria adalah manusia biasa, meskipun ia memiliki keunggulan dari seluruh ciptaan Allah. Dalam tata penyelamatan Allah, Maria telah tampil sebagai Bunda yang mengandung, melahirkan, membesarkan, mempersemahkan-Nya di Kenisah, menyertai-Nya dalam karya mesianik-Nya yang pertama (pernikahan  di Kana) serta ikut menderita bersama-Nya hingga di kayu salib.

Kenyataan ini tidak berarti bahwa Maria terpisah dari Gereja atau seorang lain yang berada di luar ciptaan Allah. Sebagai seorang dari Gereja, Maria turut berperan dalam proses perziarahan Umat Allah di dunia menuju Sumber Asali. Maria tidak "tinggal diam" tetapi berpartisipasi aktif dalam kehidupan Gereja setiap saat. 

Maria, dengan cinta keibuannya memperhatikan Gereja dari bahaya dunia serta berbagai rintangan hingga mencapai tanah air yang penuh bahagia. Para Bapa Konsili Vatikan II melalui dokumen Lumen Gentium mengatakan bahwa keutamaan-keutamaan Maria menuntun Gereja kepada kemuliaan Kristus. Menyadari peran Maria dalam kehidupan Gereja membantu Gereja itu sendiri untuk sampai kepada kebahagiaan sejati (kemuliaan) Kristus.

Maria adalah Model kehidupan Kristen. Ia telah memperlihatkan kepada setiap orang beriman tentang keteladanan iman akan Allah, ketaatan, kerendahan hati, kesucian, kesederhanaan serta relasi personal dengan Puteranya. Segala keutamaan yang dimiliki oleh Maria, terutama keutamaan cinta kasih, menjadi visi kehidupan kaum beriman. Cinta kasih merupakan ciri kebundaan Maria dalam mendidik dan membersarkan puteranya.

Sehingga cinta kasih ini pula yang mendasari segala tugas Maria, yang erat hubungannya dengan Gereja. Gereja mengalami cinta kasih Maria dalam mana cinta kasihnya bersatu dengan cinta kasih Gereja dalam melahirkan dan mendidik putera-puteri Gereja itu sendiri. Sebab Gereja sebagai ibu, terarah pada keibuan Maria yang memiliki keutamaan-keutamaan sebagai model kehidupannya terutama cinta kasih.

Dari peristiwa inkarnasi serta karya penebusan Kristus, cukup menjadi bukti bahwa Maria sungguh menjalin relasi personal yang erat dengan Kristus. Relasi personal ini mengacu pada peran Maria sebagai Bunda Allah. Dengan demikian, Maria adalah terunggul dalam Gereja. Konkritisasi peran aktif Maria dalam Gereja adalah: Pertama, sebagai Bunda Gereja. 

Maria tidak saja menjadi Bunda Allah tetapi juga bunda bagi segenap umat beriman. Kedua, Maria sebagai Pemersatu. Gereja dalam merenungkan misteri Kristus; misteri persatuan, sebagaimana yang telah dilakukan Maria menyadarkan dirinya bahwa perpecahan seharusnya tidak terjadi, sebab kita berasal dan bersumber pada Roh yang sama. Ketiga, Maria sebagai pendoa bagi Gereja.

Dalam penantian Pentakosta, ia bersama-sama dengan para rasul sepanjang hari berdoa mohon pencurahan Roh Kudus bagi Gereja (jemaat perdana). Keempat, Maria sebagai Typus. Ia menjadi model bagi Gereja dalam hal iman, cinta kasih serta relasi personal yang erat dengan Kristus. Kelima, Maria sebagai Pengantara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun